tag:blogger.com,1999:blog-25360775219859961962024-03-20T01:27:36.672-07:00" Dunia Ari Reda "Ari Malibu dan Reda GaudiamoAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-88244207817365516792014-12-02T18:33:00.000-08:002014-12-02T18:35:47.426-08:00AriReda: Hari Selanjutnya (bg 2)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHN_8ZkreXEhVSUms7jy_ffLZmGNw0jYIEutqkVca4zKkNqVbTGDMuZNhgYCHwTv5gDvVSUwjdVGRwp1i_95OHbJMYKrkuabTWKQpmpsAL6XVp-CVJ1Vc17PAi3fSK7bkpEby_etOHUxe/s1600/ari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHN_8ZkreXEhVSUms7jy_ffLZmGNw0jYIEutqkVca4zKkNqVbTGDMuZNhgYCHwTv5gDvVSUwjdVGRwp1i_95OHbJMYKrkuabTWKQpmpsAL6XVp-CVJ1Vc17PAi3fSK7bkpEby_etOHUxe/s1600/ari.jpg" height="240" width="320" /></a><b>Pertama kaliberkenalan dengan Ari, saya tak tahu nama belakangnya. Ari, Ari saja. Kuliahapa dan di mana, tinggal di mana. </b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<b>Kok bisa?</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Nah, saya juga heran. Saya coba ingat-ingat lagi kegiatan kami di pertemuan-pertemuan awal.Karena kami memang amat sangat jarang mengobrol. Mungkin kalau dikumpul-kumpul,dikorek sampai ke keraknya, percakapan kami selama dua, tiga tahun pertama, pastitidak mencapai dua jam. Menurut saya, Ari cuma ‘menyala’ kalau membahas lagu,aransemen, <i>sound</i>…. Sementara saya, yatahu sendiri kan, saya buta lagu. Jadi saya merasa tidak pernah siap memulaipercakapan tentang lagu. Kalau diingat-ingat lagi, saat itu energi saya habisuntuk mempelajari lagu yang diajukan oleh Pada masa awal duet kami, energi sayalebih banyak terpakai untuk mempelajari lagu yang diajukan oleh Yando, Zeffry,Selly ‘Ncesz’ Riawanti, Ace, Toha, Donny dan tentu saja Ari. Saya masih ingat betul, setiap kali Ncesz mulai duduk manis di depankami, menyalakan rokok Lucky Strike-nya yang tanpa filter itu, dan mata agaktertutup sedikit (duh gaya banget!), saya pasti deg-degan. Karena setelahadegan itu, ia akan bilang, “Kayaknya asyik deh kalau eloe berdua bawainlagu…..”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Meski suka main lempar usul lagu –banyak yang tak pernahsaya dengar aslinya hingga tahun 2000-an, setelah Google menyediakansegala—teman-teman itu cukup bertanggung jawab. Hampir selalu mereka jugamenyertakan liriknya.Tak main lempar judul lagu. Kalaupun hanya menyediakan kaset, dari awalsaya sudah diberi kalimat pengaman, “Loe puter-puter aje. Gue rela kalaukasetnya jadi <i>ngegeleong</i>….”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<b>Dan Ari adalah…..</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ah, iya kembali ke soal Ari.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Hal pertama yang saya catat dari Ari adalah bicaranya: supercepat. Sejak pertama kenal, hampir selalu saya tak bisa menangkap dengan baik kalimatyang ia sampaikan. Super ngebut, brebet, dan tiba-tiba sudah selesai lalu iamenunggu jawaban saya. Eh, memang tadi dia tanya apa ya? Kok kedengaran lebihmirip pernyataan ketimbang pertanyaan. Suka tak suka, mau tak mau, hampir setiap kali saya akan bertanya ulang,“Apa, Ri?” atau “Eh, tadi ngomong apa, Ri?”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Saya yakin, saat itu Ari berpikir ada gangguan hebat dikuping saya ini, sehingga setiap kali ia bicara pasti saya tanya balik, dan diaharus mengulang kalimatnya. Selain bicara,Ari juga berjalan dengan cepat. Jadi,kalau kami latihan di rumah saya, yang saat itu jaraknya tak sampai 500 meterdari Kampus UI Rawamangun, saya pasti agak setengah berlari mengikutilangkahnya. Dan sudah dalam keadaansetengah berlari itu, saya masih harus menyimak omongannya yang serba cepat danbrebet-brebet itu. Ah, terserah dehnanti pas sampai di rumah saya tanya ulang dia tadi cerita apa. Maaf ya….</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Oya, Ari itu paduan Makassar dan Tegal.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kata Mas Aji –AGS Arya Dipayana almarhum- logat Ari sangatjelas terdengar kalau ia bicara dalam kalimat panjang-panjang. Belakangan,pacar yang kemudian jadi suami saya juga berkomentar sama. Oh ya? Wah saya koktidak menangkap itu. Mungkin logat khasitu hanya bisa ditangkap oleh sesama kelahiran Jawa (Mas Aji dan suamisama-sama asal Jawa). </div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dari namanya, saya tahu dia anak kedua.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Punya kakak dan adik.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tempat tinggal: Tebet. Mungkin kalau ada pemilihan penghunipaling setia, Ari bisa menang. Karena sejak kenalan, dia memilih kost di Tebet,Tebet dan Tebet. Alamat memang pindah-pindah, tapi tetap saja tak pernah lepasdari Tebet: Tebet Timur, Barat, Selatan, Utara, Tengah, Ujung, Belakang, Depan…Pokoknya Tebet. Mungkin dulu pacarnya tinggal di Tebet juga. Mungkin, lho. Eh, sebentar….kokbisa-bisanya saya lupa menanyakan soalyang satu itu? Ari baru melepaskan diridari wilayah Tebet dari sana setelah menikah. Sekarang ia jadi wargaPamulang. </div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<b>Ari kuliah di mana?</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Nah, ini dia yang selalu jadi pertanyaan banyak orang, dankami punya banyak jawaban untuk itu. Ketika pertama kali kenalan, saya mengiraAri termasuk keluarga Antropologi UI. Habis tidak pernah lepas dari teman-temanAntrop. Ternyata bukan. FISIP, FHUI, FPsiUI? Bukan semua. Bahkan bukan UI. Laludari mana?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jaman kami baru nyanyi-nyanyi itu, Ari sudah masuk persiapanmenyusun skripsi di APP, Akademi Pimpinan Perusahaan –yang kalau tidak salahberlokasi di Srengseng. Saya tidak pernah tahu ada Sekolah Tinggi yanglulusannya bisa jadi pemimpin perusahaan sampai hari itu. Skripsinya membahaspentingnya <i>maintenance</i> dalam menjagakesehatan perusahaan. Hmmm, heran juga saya bisa ingat sampai sekarang, mungkinkarena kata<i>maintenance</i> itu, yangbaru saya tahu artinya lewat penjelasan Ari pada suatu ketika. Tetapi hinggaakhir masa kuliah kami berdua di universitas masing-masing, setiap kali main diUI, Ari selalu diperkenalkan sebagai anak UI juga. Kalau main di FISIP, makaAri menjadi anak Sastra. Kalau main di Sastra, ya Ari jadi anak FISIP. Atau FHUI. Ya, diputar-putar sajalah.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Awalnya, saya main gampang saja, kalau main di SastraPrancis, maka Ari jadi mahasiswa sastra Jepang atau China. Ternyata upaya initak berlangsung lama, karena pada suatu hari, dosen saya –dari jurusan Prancis-memanggil saya dan bertanya dengan serius, “Eh, Reda…. Partner duet kamu itusudah semester berapa di Jurusan Jepang? Kok saya tanya Pak Ketut dia nggakkenal Ari, ya?” Waaks! Sejak hari itu, kami memutuskan untuk memutar status Aridi jalur Fakultas saja. Jurusannya? Ah, biar mereka rasa-rasa sendiri saja manayang pas buat teman satu ini.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<b>Soal Latihan</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Yang paling ribet dari urusan latihan adalah membuat janjikapan waktu yang tepat untuk latihan. Meski hampir setiap hari bisa mampir kepojok Teater Sastra, bukan berarti setiap hari dan setiap saat Ari siap latihan.Sementara di tahun-tahun pertama, saya kan sok rajin dan patuh dan disiplinikut kuliah. Nggak berani bolos (soalnya dosen-dosennya kenal Mak saya! Kalau sampai ngadu ke Mak, bagaimana?).</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Waktu latihan selalu –HARUS- dengan perjanjian. Kapan dan dimana. Kami hanya latihan kalau dapat order main dari Pepeng. Telepon genggammodel apa pun belum lahir di jaman itu. Adanya telepon umum, yangsering menelan koin tapi enggan menyambungkan pembicaraan. Di rumah saya, waktuitu, tidak ada telepon juga. Rumah kost Ari ada telepon, tapi yang dituju takpernah ada di rumah. Jadi kalau telepon pun yang menjawab selalu Tante Kost(namanya siapa ya?), yang selalu berjanji akan menyampaikan kepada Ari bila iapulang nanti. Yaitu….. kapan, tepatnya? Metode paling pas untuk bertemuternyata sangat sederhana: kami titip pesan pada teman-teman. Orang yang palingsering saya ‘manfaatkan’ sebagai kurir pesan adalah <b>Ace Ursulus Diafmart</b>, karena di mana ada Ace, hampir selalu ada Ari juga. Supaya aman –seandainya Ace sempat tak bersama Ari- pesan sayasangkutkan juga pada <b>Yando Zakaria.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Begitu hari yang dijanjikan tiba,sejak masuk ke area Taman Sastra saya pasti menerima pesan bertubi-tubi, “Ari sudahdatang, tuh. Ada di Bonbin*).” Atau, “Kata Ari dia datang agak siang….” Atau“Latihannya sore-sorean aja.” Hebatnya lagi, yang menyampaikan kabar itu bukanAce atau Yando saja, tapi semua teman: <b>Amalia,Konar, Krisna, Ati Kamil, Donny, Pepeng, Ale, Ato, Gideon, Ncesz…</b> juga <b>Ical</b> (<i>where are you now, Ical</i>?). Semua! Kesulitan saya bertemu dan janjian dengan Aridipahami betul oleh teman-teman tercinta ini, sehingga setiap saat mereka siapmenyampaikan lokasi keberadaan Ari, tak peduli kami adajadwal latihan atau tidak. Sungguhmenyenangkan, meski agak kurang bermanfaat. Karena tanpa jadwal manggung danlatihan, pertemuan kami -paling banyak- diisi dengan dua kata pendek, “Red!” dan sayaakan menjawab, “Ri!” Selesai.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menurut Yando, kelakuan kami ini terlalu dingin untuk sebuahduet. Ia sempat menduga kami berduabermusuhan. “Eloe berdua nggak adaapa-apa, kan? Nggak berantem, kan?” tanya Yando pada suatu hari. Oh, kamibaik-baik saja, kok. “Terus kenapa nggak akrab gitu, sih?” Hmmm, kenapa ya?Saya juga tidak bisa menjawab. Tapi yang pasti suara kami lumayan akrabkok. Selama itu berlangsung lancar,rasanya semua akan baik-baik saja. Bukan begitu, Ri?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pada awalnya, kami latihan di kampus, di ruang kecil di samping Bursa Sastra dankantor Tifa Sastra, di pojok Teater Sastra UI. Tempatnya tak terlalu luas, dan cukupnyaman. Ada (bekas) sofa, yang kalau angin sedang bagus, bisa kosong melompong:tak ada yang tiduran di situ. Tapisetelah dua tiga kali latihan di sana, kami merasa perlu mencari tempat latihanlain. Tidak di kampus.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Begini, tempat kecil mungil itu ternyata lebih sering ramaidan padat teman-teman ketimbang sepi. Saking ramainya, menemukan seperempat bangkubuat duduk saja, susah. Lalu, Ari ternyata amat populer. Jadi kalau dia sudahnongkrong di ruang itu, ada saja yang mampir. Ngajak ngobrol. Minta dimainkanlagu ini, itu, nyanyi bareng. Nah, saking sibuknya melayani penggemar, waktulatihan jadi tinggal sedikit. Kadang-kadang bisa tidak latihan sama sekali,karena saya harus ikut kuliah .Sementara buat saya, latihan itu amat sangatpenting, mengingat hubungan saya dengan lagu-lagu pilihan jauh dari harmonis. </div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Lalu penyebab lainnya, kalau ini sih menurut saya, Ari ituingin memberi ‘kejutan’ pada mereka yang akan nonton nanti. Dan saya rasa inijuga berhubungan erat dengan ketidak-tahuan saya akan lagu pilihan (<i>back to the main issue!</i>). Ya, bisa dimengerti sih. Teman-teman itu bisamalas nonton kalau tahu saya masih rengeng-rengeng untuk sebuah lagu yang sudahsangat mereka kenal. Beneran bisa nggak sih anak ini nyanyi lagu itu? Alih-alihbikin cemas, lebih baik ngumpet dulu, dan baru muncul setelah lancar. </div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pilihan pertama tempat latihan, adalah rumah saya yangjaraknya amat sangat dekat dari kampus itu. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dan di rumah ada gitar. Dan dia ternyatabisa langsung akrab dengan Mak. Jadi tiap kali datang, pasti ada sesiobrol-obrol antara Ari dan Mak. Tapiiiiiii….. saat itu rumah saya juga dihunioleh 5 ekor anjing. Dan semua merasa perlu untuk sumbang saran dan berperanaktif ketika kami berdua nyanyi. Dengan lolongan yang cukup variatif, merekamenemani kami berlatih. Ari sama sekali tidak keberatan sama sekali. Diakelihatannya sangat menikmati paduan suara dari anjing-anjing peliharaan adikdan bapak saya. Tapi saya yang nggakenak hati dan terganggu dengan suarayang tidak sejalan dengan kunci nada pilihan kami. Sehingga saya usul untuklatihan di tempat lain.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tapi di mana?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Jawabannya ada di bagian berikut.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-79725915860401080152014-11-24T22:41:00.001-08:002014-11-24T22:50:18.007-08:00AriReda: Pada Mulanya (bg 1)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihMe3hQuc6O0oow91q-yB3iP78SZa9se65c1rI6Lqw5Rdw1cdC_syviKo2SCRIY-ARi9cVeomQoZP9ULHa8wtdXkv971SCScv3q4lc8nVUZ3lzeXVDL3quDyWXlAI6bC5EkmKVwmssKGFK/s1600/arireda001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihMe3hQuc6O0oow91q-yB3iP78SZa9se65c1rI6Lqw5Rdw1cdC_syviKo2SCRIY-ARi9cVeomQoZP9ULHa8wtdXkv971SCScv3q4lc8nVUZ3lzeXVDL3quDyWXlAI6bC5EkmKVwmssKGFK/s320/arireda001.jpg" height="196" width="400" /></span></a></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ketika membuat tulisan ini, dalam waktu kurang dari seminggu saya akan menyanyi lagi di tanggal 30 November 2014 dengan Ari Malibu. Teman duet saya selama 32 tahun…</span></b><br />
<br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Lama banget? </span><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Nah, itulah yang jadi pertanyaan saya juga. Kalau sekarang, saya menjawabnya dengan kalimat, “Suara kami cocok, harmonisasi suara bisa berlangsung dengan mudah….” Tetapi kalau itu ditanyakan saat awal duet dulu, maka bisa jadi jawaban saya, “Karena dipaksa sama Pepeng nyanyi bareng. Lagipula nyanyi kan menyenangkan, jadi kenapa nggak?” </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b><br /></b></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Bermula dari ruang sempit di samping Teater FSUI</b></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat kuliah, saya baru mengenal kegiatan yang bernama inisiasi. Tujuannya mengenalkan kegiatan perkuliahan di jurusan masing-masing meski pada kenyataannya semacam perpanjangan masa perploncoan. Jurusan saya –Sastra Prancis—selalu kekurangan tenaga penginisiasi, khususnya para mahasiswa. Untuk itu, selalu minta tolong pada kakak-kakak dari jurusan Antropologi dan Arkeologi untuk membantu. Mengikuti tradisi juga, setelah diinisiasi di tahun pertama, di tahun berikutnya angkatan saya kebagian tugas cuci piring dan sapu-sapu. Nah, setelah beres, layaknya batur pada umumnya, saya pun cari hiburan. Tepatnya menghibur diri dengan iseng main gitar di bawah pohon, menghadap kolam renang…. Duh, rasanya seperti ada di pojok Los Angeles, Hollywood mana gitu. Ternyata di belakang saya berdiri sang selebriti: Pepeng. Dengan suara menggelegarnya, dia menegur, “Bisa nyanyi, lo?” Hmmm, kelihatan dan kedengarannya bagaimana? Nyanyi atau ngomel? Lalu dia meneruskan begini, “Ntar abis inisiasi, langsung ke ruang sebelah senat ya. Gue ada urusan sama elo. Awas kalau nggak. Oke?” Urusan? Urusan apa? Kenapa kita punya urusan lagi? Bukankah OSPEK sudah selesai, dan kita sekarang posisinya sejajar. Tak ada lagi kakak senior dan adik junior, bukan? Tapi sudahlah. Pokoknya timbang repot, bilang ya saja dulu. Besok, setelah inisiasi selesai, kita atur lagi…</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Inisiasi tamat di hari Minggu. Hari Seninnya, saya berjalan di koridor ruang senat. Tiba-tiba, ada yang berteriak –agak menggelegar- memanggil nama saya. PEPENG! Terpaksa membelok, menemuinya. Tanpa tanya ini itu, dia langsung menyuruh saya duduk di sebelahnya. Di seberangnya duduk seorang mahasiswa lain. Lalu Pepeng bilang, “Ari, ini Reda. Reda ini Ari. Elo berdua kenalan, nanti gue ajak satu orang lagi biar bisa jadi trio. Oke? Abis gue kuliah, gue musti lihat eloe udah nyanyi bareng. Oke? Oke!” Halooooooo! Sinting orang ini: kenalan baru sekarang, sudah disuruh nyanyi-nyanyi. Tetapi –sekali lagi- saya menurut. Ari juga. Berdua kami manggut-manggut. Sampai agak sore, kami menunggu…. Orang ketiga yang membuat kami jadi trio –Kiki Maria—tak kunjung datang. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Nah, dengan cuma ada dua orang ini, apakah kegiatan menyanyi harus terus jalan? Menurut Ari, sebaiknya terus jalan. Tapi mau nyanyi apa? Saya betul-betul tidak punya ide. Bahkan ide untuk memulai percakapan saja, tidak ada. Saya lebih pusing memikirkan kegiatan bikin PR bersama di Taman Sastra. Jadilah kami berdua duduk diam-diam. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Agak siang, Pepeng datang, memeriksa kegiatan kami sudah sampai di mana. Ketika tahu belum ada lagu yang digarap, matanya melotot, seperti mau copot. Ia tidak bisa terima. Harus ada lagu yang bisa didengar dari duo dadakan ini. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat itu, saya sungguh menyesal karena lagu yang saya tahu cuma lagu-lagu tua. Terbayang hobi saya meniru suara Cliff Richard di lagu <i>When A Girl In Your Arms</i>. Setengah mati saya mengejar nada terendah Cliff. Atau mati-matian mengikuti cengkoknya Connie Francis di lagu <i>Stupid Cupid</i>, suara malasnya Debbie Harry di lagu <i>Heart of Glass</i>, dan vibrasi Elvis Presley di <i>Are You Lonesome Tonight</i>? Kenapa, oh kenapa? Semua itu tidak bermanfaat di ruang kecil sempit yang penuh dengan kakak-kakak Antrop ini. Dan Ari. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Makin frustrasi ketika Ari menyebutkan nama penyanyi dan lagu-lagu yang ingin kami bawakan. John Denver? Oh, seperti apakah lagu dari Mas John asal Denver ini? Pasti beda kalau namanya berubah jadi John New Orleans…. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pengetahuan lagu saya memang sangat kebangetan kacaunya. Lagu Donna-Donna yang wajib dikuasai semua di masa itu saja saya nggak tahu. Beatles? Saya cuma tahu lagu yang berirama cepat, bisa buat lompat-lompat. Itu pun saya baru saya dengar di pesta perpisahaan SMA. Kacau! Bagaimana saya bisa sampai buta lagu begini? Saya tak mengerti. Mungkin karena saya memang tak pernah konsentrasi untuk nyanyi-nyanyi. Lagu yang lewat di telinga, kalau terasa enak, akan saya ingat melodinya, dan sebaris dua baris liriknya (saya parah banget untuk urusan lirik, suka ngawur dan ngarang-ngarang seenak rasa). Beda dengan adik saya, Grace, yang langsung bisa menangkap lirik dengan tepat. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kalau dibuat daftar, perbendaharaan lagu saya sebetulnya lumayan. Saya bisa menyanyikan 20 lagu Cliff Richard (hafal karena terpesona oleh kegantengannya), Carpenters, Gilbert O’Sullivan, Koes Plus (hafal semua versi Nusantara-nya dengan lagu favorit Kelelawar), Titiek Sandhora, Lilies Surjani, Connie Francis, Jim Reeves, Francoise Hardy… Beberapa penyanyi baru, saya peroleh karena di asrama, teman-teman rajin memutar lagu asyik-asyik: Blondie, Barry Manillow, Ebiet G. Ade, seri LCLR, Album Badai, Grease, Andi Meriem Mattalata (yang album Bahtera Asmara itu)… Tapi, semua itu tak bermanfaat karena menurut Ari yang terus main gitar selama kami mengobrol, nggak cocok. Sama sekali! Gawat.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Karena merasa terintimidasi dengan deadline yang diberikan Pepeng, akhirnya Ari memutuskan kami menyanyikan lagu <i>Fly Away</i> dari album John (yang bukan dari) Denver. Di situ ada Olivia Newton John yang jadi partner nyanyinya. Tetapi untuk versi AriReda, saya mengambil suara John, dan Ari mengambil suara Olivia. Eh, lumayan juga. Setidaknya buat Pepeng. Matanya tidak melotot. Kepalanya mengangguk-angguk. Fiuh!</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tapi Pepeng mau dua lagu. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ari –saya rasa saat itu dia sudah putus asa dengan partner nyanyinya ini- mengusulkan saya mencari lagu dari koleksi John Denver, siapa tahu ada yang saya suka dan bisa dinyanyikan. Dan saya menemukan lagu yang saya suka melodinya: <i>How Can I Leave You Again. </i></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Begitu saya sampaikan lagu itu kepada Ari, komentarnya, “Bagus tuh. Tapi nyanyi sendiri ya. Gue mau main sama anak-anak Oplet nih. Gak sempet latihan dua lagu.” Heh? Kok gitu? Tapi sialnya saya suka sekali lagu ini, dan ingin menyanyikannya. Jadi…. Saya nyanyi sendiri pun. Tak mengapa. Saya senang meski potongan kayu tempat kaki saya bertengger nyaris terguling karena grogi hebat. ☺</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Menabung Lagu</b></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah acara itu saya bertekad untuk menambah perbendaharaan lagu. Khususnya yang cocok dengan bayangan Ari dan Pepeng tentang duo kami ini. Banyak lagu pilihan yang belum pernah saya dengar sebelumnya, seperti <i>Luck of the Irish</i>-nya John Lennon & Yoko Ono, <i>Junk</i>-nya Paul McCartney, She’s Leaving Home-nya Beatles, <i>He Was My Brother</i>-nya Simon & Garfunkel, <i>Backstreet Girl </i>dan <i>Ruby Tuesday</i>-nya Rolling Stones. Tapi banyak juga yang saya kenal dan kaget ketika dipilih jadi lagu kami. Seperti <i>What A Feeling</i>-nya Irene Cara, <i>Give Your Best To Your Friend, Angel of the Morning, Too Young To Be Married…. </i></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Patokannya apa ya? Karena tak paham arah, maka saya membeli kaset lagu sebanyak-banyaknya, apalagi saat itu sempat terjadi obral kaset sebelum ada system pemasangan stiker pajak. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Karena merasa tidak tahu banyak, dan harus tahu banyak, saya kalap mencari tahu soal lagu, penyanyi, apa saja! Yang saya pegang cuma satu: kalau di telinga enak, beli.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Koleksi kaset saya yang tadinya sangat sedikit, mendadak banyak. Sayangnya, kaset-kaset yang saya beli, sebagian besar tetap tidak masuk dalam kategori pilihan Ari. Tapi, kalau jadi Ari, saya juga pasti bingung menghadapi saya saat itu. Karena mendadak koleksi lagu saya bergerak dari ekstrim yang satu ke ekstrim yang lain dengan kecepatan tinggi. Dari yang seleranya jadul abis, mendadak fanatik pada Mike dan Sally Oldfield, Jean-Michel Jarre, juga Allan Parson Project. Atau pada Annie Haslam-nya Rennaissance, yang saya pelajari tarikan suaranya di lagu <i>Rockalise</i> tanpa kenal waktu (sampai Mak saya teriak-teriak karena bosan dan sakit kepala mendengar suara yang melengking tinggi, naik turun tanpa rem). </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai hari ini, kegemaran mencari lagu tidak berhenti. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan pertanyaan suka lagu apa, jenis apa, tetap tidak bisa saya jawab. Ngaku suka country, saya tidak kenal lagunya Blake Shelton dan tak terlalu suka pada Dolly Parton. Ngaku suka rock, saya cuma suka Queen dan CCR. Ngaku cinta jazz, saya nggak suka Pat Matheny. Tapi saya cinta Imelda May, Feist, Eva Cassidy, Caro Emerald, Mumford & Sons, Rumer, semua koleksi Putu Mayo. Tanpa melupakan Connie Francis, Beach Boys, Carpenters…. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ya, sepanjang enak di kuping, ambil!</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Repertoar Gado-gado</b></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam perjalanan duet yang dimulai dari bulan Oktober 1982 ini, kami memang jadi suka-suka memilih lagu. Kadang-kadang berdasarkan permintaan teman-teman yang sayang kepada kami. <b>Ace Ursulus Diafmart</b> (almarhum), misalnya, memaksakan lagu <i>Junk </i>untuk kami nyanyikan. <b>Selly Riawanti </b>bertanggung jawab atas <i>She's Leaving Home</i>. Sementara Zeffry Alkatiri menyumbangkan <i>Luck of the Irish.</i> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Di satu masa, kami menyanyikan </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Don’t Cry For Me Argentina</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">-nya Sarah Brightman, lalu beberapa nomor Joni Mitchell, </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">More than Words</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">-nya Extreme, sampai </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Will Always Love You</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">-nya Whitney Houston! Ngacak abis dan beragam sungguh tipis bedanya. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Saya pikir di masa itu kami berdua –tanpa kesepakatan—memilih lagu yang enak di kuping, yang sedang hits. Simon & Garfunkel agak terlupa, meski </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">The Boxer </i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">tak pernah pergi dari daftar lagu wajib kami.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pencaharian lagu kadang bisa sangat mudah. Tetapi lebih sering sulitnya. Meski sama-sama sadar mencari lagu yang enak di kuping, yang sedang hits, tetap saja pilihan saya dan Ari sering bentrok. Karena yang enak buat Ari, terdengar aneh buat saya. Dan sebaliknya. Dalam banyak kesempatan, saya sering menyerahkan pilihan lagu pada Ari. Karena biar bagaimana pun juga, dia tahu lebih banyak lagu. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah menemukan lagu, maka kami masuk ke tahap yang amat menyenangkan: bermain dengan lagu itu. Siapa saja bisa jadi suara satu, dan dengan enaknya belok ke suara dua, dan kembali lagi ke suara satu, atau mengambil suara tiga. Tidak ada yang kaget, pusing, atau terganggu dengan perubahan di tikungan-tikungan lagu. Semua berjalan begitu saja dan tiba-tiba sebuah lagu selesai. Menurut sahabat kami, <b>Yando Zakaria</b>, itu keunikan AriReda. Lagu-lagu yang biasa dikenal mendadak jadi seperti lagu baru. Seperti lagu <i>Here, There and Everywhere</i> milik Beatles. Saya tak kenal lagu itu. Dan ketika Ari memainkan intronya, saya nyelonong dengan bait pertama <i>Longer</i>-nya Dan Fogelberg. Lho, kok bisa? Ya, karena saya kira itu lagunya Dan Fogelberg. Kalau ternyata bukan, mohon dimaafkan. Terlanjur dinyanyikan, dan teman-teman suka, kami teruskan saja. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan itulah yang terus berlangsung. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai hari ini. </span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-77990172638187000792014-11-17T18:49:00.001-08:002014-11-17T18:49:17.300-08:00'Aku Ingin' ~ Ari-Reda<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/wdXhbwce18o" width="480"></iframe><br /><br />
<br /><br />
Bertambah lagi video Ari Reda.<br /><br />
Aku Ingin<br /><br />
Puisi: Sapardi Djoko Damono<br /><br />
Musikalisasi: Ags. Arya Dipayana<br /><br />
27 September 2014<br /><br />
@CoffeeWarAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-61281510628603218052014-11-13T07:15:00.001-08:002014-11-13T07:15:45.046-08:00"Di Restoran"~Ari-Reda<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/qDaAZ8zi8_w" width="480"></iframe>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-69829395296763438802010-08-04T05:31:00.000-07:002010-08-04T05:33:57.793-07:00Bentara Budaya Bali: Puisi Tidak Lagi Jadi Beban<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgud1Z3QHvi3y4U7EK5wfgT1mG-9iJsfSY0uvw1pDOCVhzT0-5UGckSYjCJj_vc4Z0-FKySh-bKYfpkCHZEd7PcpeeX5Xx6bOFAzPm4AtUKofkCfrnFDCX5V9QYykkhE8L_EwmeAn6Ht4yP/s1600/duet+ari-reda.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgud1Z3QHvi3y4U7EK5wfgT1mG-9iJsfSY0uvw1pDOCVhzT0-5UGckSYjCJj_vc4Z0-FKySh-bKYfpkCHZEd7PcpeeX5Xx6bOFAzPm4AtUKofkCfrnFDCX5V9QYykkhE8L_EwmeAn6Ht4yP/s320/duet+ari-reda.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5501531770926950578" /></a><br />Putu Fajar Arcana<br /><br />SETIDAKNYA sejak kemunculan duet Ari Malibu dan Reda Gaudiamo, pelisanan terhadap puisi tidak lagi menjadi beban. Puisi diperlakukan sebagai ”makhluk” sehari-hari yang hidup dan terus membuka dirinya terhadap tafsir baru.<br /><br />Penyebaran cara menikmati puisi dengan menggubahnya ke dalam bentuk musik ini kemudian dilakukan lewat pita kaset. Ari dan Reda terlibat dalam album ”Hujan Bulan Juni” tahun 1989 yang digagas oleh penyair Sapardi Djoko Damono. Tonggak ini yang ingin dijadikan momentum oleh Bentara Budaya Bali (BBB) untuk membuka berbagai kemungkinan di dalam mengapresiasi puisi. Lembaga ini kemudian menggelar Pentas Puisi Bentara, 30-31 Juli 2010, dengan mengundang duet Ari dan Reda.<br /><br />Diundang pula kelompok Jogja Hiphop Foundation serta Band Bali, yang memiliki kecenderungan serupa di dalam menafsir puisi. Mohammad Marjuki yang menjadi motor Jogja Hiphop Foundation melantunkan puisi-puisi berbahasa Jawa karya Sindunata dalam irama ”jalanan” bernama hip hop. Sementara Tan Lioe Ie bersama sekelompok pemusik yang tadinya beraliran rock menembangkan puisi dalam irama blues yang melodius. BBB juga memberi gambaran betapa sejak awal puisi sangat dekat gayutannya dengan kitab suci. Kelompok Sasi Wimba yang digerakkan oleh penyair Mas Ruscitadewi menafsir bait-bait dalam Weda dengan cara yang amat ”populer”, bahkan penuh canda. Ruscitadewi bersama penata musik Made Subandi mengolah puisi-puisi yang disucikan itu ke dalam irama musik yang terasa ”baru” meski menggunakan instrumen musik tradisi.<br /><br />BBB juga tetap memberikan ruang kepada para penyair, seperti Oka Rusmini, Wayan Sunarta, dan Pranita Dewi, untuk membacakan puisi mereka dengan cara ”biasa”. Tampaknya cara ini dimanfaatkan untuk menunjukkan kilasan-kilasan berbagai perspektif di dalam menerjemahkan puisi. Kecenderungan itu makin tegas ketika tampil pula dramawan Putu Satria Kusuma bersama kelompok Kampung Seni Banyuning Singaraja. Putu mendramatisasi puisi ”Dewi Padi” karya Made Adnyana Ole dengan gerak ritmis seorang dewi di tengah pergolakan yang cenderung menyepelekan keberadaan petani dan sawah.<br /><br />Rileks<br /><br />Ari dan Reda sungguh-sungguh tidak menduga bahwa apa yang mereka lakukan pada tahun 1980 masih melekat pula pada generasi terkini. Ketika mereka melantunkan bait-bait puisi Sapardi, anak-anak sekolahan tak henti-hentinya ikut bernyanyi. ”Saya terkejut, kok mereka hafal lagu-lagu ini,” tutur Ari Malibu.<br /><br />Seusai bernyanyi, keduanya bahkan dikerubuti pengunjung. Ada yang bahkan tak henti-hentinya mengajak Ari dan Reda berfoto. Kenyataan ini setidaknya memberikan gambaran bahwa tafsir puisi dengan musik atau lewat cara-cara populer lainnya membuat puisi bisa melampaui garis ”pemisah” yang selama ini mengungkungnya ke dalam wilayah yang amat eksklusif. Sebelumnya, puisi seolah hanya bisa dan mampu dinikmati oleh kalangan terbatas dan itu pun dengan dahi yang berkerut-kerut. Dahulu puisi selalu berada dalam situasi ambigu. Di satu sisi ia dianggap sulit karena berkulit, sisi lainnya muncul pula kata-kata seperti ”puitis” pada kelompok awam untuk menyatakan sebuah perasaan yang mendalam tentang sebuah ungkapan.<br /><br />Meski sebelumnya WS Rendra dan Remy Sylado telah merekam suara mereka ketika membaca puisi, puisi tetap belum diberi tafsir dengan menonjolkan unsur-unsur musikalitas yang ada di dalamnya. Rendra memang harus diakui telah menjadi tonggak berkembangnya pelisanan puisi dengan apa yang kemudian dikenal sebagai deklamasi. Pembacaan puisi menjadi begitu heroik dan penuh protes. Protes-protes itu seolah mewakili ungkapan terpendam publik terhadap kediktatoran rezim. Dan ini berlanjut pada masa reformasi, di mana puisi diberi ”tugas” berat mewahanai unjuk rasa para peserta demonstrasi.<br /><br />Ari dan Reda berbeda dengan apa yang dilakukan kelompok Bimbo bersama penyair Taufik Ismail. Mereka lebih rileks di dalam menafsir puisi. Puisi tidak lagi harus dijadikan media untuk melakukan pendalaman spiritual walau mungkin nanti akibatnya juga sama. Ini terdapat pula pada Marjuki, Tan Lioe Ie, dan Mas Ruscitadewi, yang mewakili generasi populer, lalu menafsir puisi ”tersuci” sekalipun dengan bahasa terkini yang mereka akrabi sehari-hari. Puisi tidak lagi harus dikait-kaitkan dengan persembahan, heroisme, dan aksi demonstrasi. Barangkali cara ini justru telah melepaskan puisi dari segala beban yang dilekatkan kepadanya sebagai sebuah karya sastra.<br /><br />Dalam kata-kata kurator Pentas Puisi Bentara, Warih Wisatsana, ”Puisi hendaknya tidak diberi beban berlebih, tetapi biarkan ia terus tumbuh melampaui zamannya sehingga daripadanya kita bisa menghirup sari-sari yang alami....” Sebaliknya, bagi generasi terkini, puisi tidak lagi dianggap beban. Ia bahkan bisa saja ditafsir dengan cara populer yang bisa dinikmati bersama untuk merayakan sebuah kegembiraan….<br /><br />Sumber: Kompas, Minggu, 1 Agustus 2010 <br />foto: KOMPAS/BENNY DWI KOESTANTOAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-9243490333819910722009-03-09T21:26:00.000-07:002009-03-09T21:33:06.944-07:00Menyanyikan Puisi Setiap BulanMulai bulan Desember tahun lalu, Ari Reda kembali tarik suara cukup rutin, tepatnya sebulan sekali. <br />Setiap Jum'at terakhir di setiap bulan, kami muncul di NEWSEUM CAFE, di Jl. Veteran I/33, Jakarta. <br />Cafe yang terletak di lantai dua dari sebuah bangunan tua (tempat Matahari & Westerling pernah tinggal) ini, tak jauh letaknya dari Ice Cream Ragussa yang terkenal itu. <br /><br />Pada hari Jum'at, mulai dari jam 8 malam, kami menyanyi di sana. <br />Bulan Desember, kami menyanyikan puluhan lagu-lagu lama jaman kuliah dulu. <br />Bulan Januari, kami mengusung tema Moon, Stars and Dark Blue Sky dengan bintang tamu Jubing. Ya, maestro gitar kita. <br />Dan bulan Februari yang baru lalu, AGS Arya Dipayana yang mengkomposisi Aku Ingin, jadi bintang tamu. Ia menghadirkan belasan nomor lagu. Baik dari puisinya sendiri yang dibuat lagu sendiri, puisinya yang lagunya dibuat oleh orang lain, dan puisi orang lain yang ia buatkan lagunya. <br /><br />Di bulan Maret ini, kami akan membawakan lagu-lagu puisi kembali. <br />Sekali ini, kami ingin membawakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. <br /><br />Bila sempat, mampirlah!<br />Tg. 27 Maret 2009<br />Newseum Cafe, Jl. Veteran I/33, Jakarta<br />(dekat Istiqlal & Ice Cream Ragussa)<br />Dari jam 8 malam hingga selesai.<br /><br /><br />Sampai jumpa, Teman!<br />rAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-768057193340342972009-01-24T01:59:00.000-08:002009-03-09T21:26:27.635-07:00Duet Ari & RedaDharmawan Handonowarih<br /><br /><br />Saya sudah bisa membayangkan. Lagu yang bakal dinyanyikan. Puisi-puisi itu. Suara yang bening dan bergetar. Bahkan posisi duduknya. Yang perempuan akan menutup sebagian telinganya. Atau membetulkan letak kaca mata. Ada buku lagu di atas music stand. Ada senyum tiap kali selesai menyanyi. Dan kesederhanaan itu. Sudah saya bayangkan. Tapi ketika ada berita mereka akan manggung, toh saya akan berusaha hadir. Menonton kembali. Lalu menunggu lagu itu dinyanyikan. Lagi. <br /><br />Seingat saya, saya pertama kali nonton mereka pada 1982 di halaman Taman Sastra FSUI di Rawamangun. Di bawah pohon flamboyan yang kering. Mereka menyanyikan Here, There, And Everywhere. Saya duduk di pinggir got. Semua penonton diam. Mungkin tahan napas. Lalu keplok panjang. Keduanya lantas menghilang. “Orang sederhana dengan lagu sederhana, tapi begitu istimewa.”<br /><br />Sejak saat itu, saya berharap bisa mendengar lagi. Memang, saya melihatnya melintas di depan kantor pos kampus. Memang, langkahnya cepat seperti dikejar orang. Memang, masih dengan T-shirt, celana jins, dan sepatu karet. “Itu dia penyanyi dengan suara hebat.” Tapi kapan dia nyanyi lagi dengan rekannya yang keriting itu?<br /><br />Tujuh tahun sesudahnya, saya baru bisa nonton lagi. Pada 1989, saat bekerja di HAI, saya datang ke Pesta Seni Bulungan. Bukan tugas kantor. Saya mau melihat lagi duet maut itu. Juga memotret dengan kamera pinjaman. Dan sehari kemudian terjadilah adegan itu, di tempat saya kerja, Palmerah Selatan lantai 5.<br /><br />“Gue mau menulis Pesta Seni Bulungan,” kata Elwin Siregar, freelancer baru, pindahan dari Femina Grup, yang waktu itu menulis dengan inisial Nari, kepada Iwan, teman SMP-nya, yang menjadi redaktur di HAI. <br />“Emang ada fotonya, Tak?” tanya Iwan (Iwan memanggil temannya itu dengan ‘Batak’).<br />“Tuh, dia kan kemaren motret,” kata Elwin sambil menunjukkan dagunya ke arah saya (dia waktu belum kenal saya). <br /><br />Elwin lalu menuliskan di HAI No. 52 yang terbit 29 Desember 1987. Sebuah tulisan di halaman belakang: <br /><br />Yang justru merebut simpati penonton adalah pasangan Ari dan Reda. Tampil seadanya, tanpa pretensi apa-apa, pasangan ini mengundang keplok penonton. Padahal, mereka juga mengalami gangguan pada sound system ketika meluncurkan nomor-nomor dari Paul McCartney dan Art Garfunkel. Cuma, itulah, mereka tak hendak tampil profesional. Sesuatu yang mungkin berlebihan di dalam pesta seni yang sekaligus juga tempat reuni. <br /><br />Ya, yang saya maksud duet ini adalah Ari & Reda. Nama yang enak diucapkan, seperti mendengar kemerduan suaranya. Bukan hanya karena ada R di tengah, tapi juga A di bagian belakang. “Menyanyi tanpa pretensi apa-apa”, akhirnya terpatri di kepala. Tiap kali menonton mereka. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />Dia di kantor saya</span><br />Tahun berganti, si penyanyi itu akhirnya jadi rekan kerja. Baru tahu sekarang, ada nama tengahnya: Linda (pertama mendengar, agak menggelikan, karena sama dengan merk mesin jahit ibu saya). Ia menulis film, bikin terjemahan cerpen asing, dan banyak lagi. Termasuk ikut ke Pesta Pelajar HAI di Malang yang meriah. Tapi pertemuan dengan penyanyi ini tidak lama. Ia hamil, cuti, dan menghilang. “Maaf saya tidak bisa bergabung lagi. Sejak ada si kecil, saya seperti ‘paralyzed,” katanya, dalam sepucuk surat ditulis tangan. Anehnya, justru setelah pindah ke tempat kerja yang lain, dia malah sering mampir. Tentu saja, teman-teman di HAI setengah memaksa ia nyanyi. <br /><br />Elwin selalu minta lagu yang sama, Mother of Mine. Agam Jaya ikut nyanyi dengan suara fals. Anton Diaz meminta lagu lain, sambil bercakap dalam bahasa Perancis (mereka satu jurusan). Sementara Daus, fotografer jebolan jurusan Rusia, mula-mula menikmati lalu dilanjutkan dengan tidur. Dan, mendengkur. Abi Hasantoso minta lagu kesayangannya, Bridge Over Trouble Water, sembari nimbrung di bagian refrain (dan kehabisan napas). Daru Paramayuga menghentikan kerja desainnya, karena mau mendengarkan getaran vokal Reda saat membawakan The Boxer (untuk ditiru keesokan harinya bersama saya, dan tentu saja gagal). <br /><br />Ari Malibu baru saya kenal sesudahnya. Waktu itu ia membuat album dengan bendera LFM (Last Few Minutes). Denny MR, penulis musik di HAI, menyebut grup yang juga didukung oleh Ridho Hafiedz (sekarang gitaris Slank) ini sebagai grup rock alternatif. LFM diajak HAI ke ajang Pesta Pelajar di Jakarta dan Bandung. Banyak ngobrol dengan Ari, saya pun baru tahu kalau ia punya aksen seperti orang pesisir Jawa Tengah alias Tegal. Waktu akan manggung di stadion Gasibu, Bandung, saya keluar hotel Santika. Memborong banyak lilin dari kios rokok. Lebih dari sepuluh pak. Maunya, pas lagu Warik, saya akan bagikan lilin itu ke penonton di bagian depan. Sayang, panitia melarang. “Nanti malah buat bakar-bakaran.” Mungkin panitia tahu, saya berlebihan. Tapi sampai sekarang, lagu Warik memang tetap enak. Mungkin hanya Ari Malibu yang cocok melantunkannya. Keindahan suara ini yang muncul kembali ketika ia membawakan Sonnet: X pada album Becoming Dew.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Duet itu kami undang</span><br />Dari sekadar penonton, kenal sebagai rekan kerja, akhirnya datanglah kesempatan sebagai pengundang. Garin Nugroho diundang Teater Utan Kayu untuk membacakan puisi-puisi cinta. Ia bertanya, harus tampil bagaimana. Lalu muncul ide agar ada iringan duet nyanyian cinta dari Ari & Reda. Kami berkumpul di Plasa Senayan. Membahas semua kemungkinan. Sayangnya ide itu tidak berlanjut.<br /><br />Kesempatan kedua datang saat bersama Enrico Halim, kami mengusahakan dibukanya kembali Teater Dalam Gang Tuti Indra Malaon, sebuah gedung pertunjukan mungil milik Teater Populer. Lokasinya di gang Kebon Kacang, tidak jauh dari bak penampungan sampah. Kami mendiskusikan, pembukaan apa yang pas. Teguh Karya, pemimpin Teater Populer, adalah maestro film yang hidup dan bersikap dalam kesederhanaan. Tapi melahirkan film-film yang bermutu, dengan tema-tema yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Waktu itu sedang sakit-sakitan. Setelah mendiskusikan berbagai hal, akhirnya ketemu juga: pertunjukan Ari & Reda, pemutaran film Ibunda, dan menikmati bubur ayam bikinan ibu Josephine Komara (Obin). Klop. <br /><br />Teguh Karya waktu itu masih hidup dan turut menyaksikan. “Tempat yang kayak gini nih kan diperlukan,” katanya terbata. Akulah Si Telaga, dipersembahkan oleh Ags Aryadipayana kepada maestro film itu. “Karena Pak Teguh adalah Telaga juga,” kata sutradara teater itu. Malam itu tampil sisi indah kesederhanaan. Sebelum manggung, Ari & Reda latihan kecil di teras belakang. Ari datang dari Ciputat yang macet, Reda habis deadline di majalah Cosmopolitan. Saya siapkan Coca Cola dingin untuk keduanya. Tapi?<br /><br />“Elo ada-ada aja Wan,” kata Ari. “Masak mau nyanyi dikasih es.” <br />“Kita biasa makan ini,” kata Reda sembari mengunyah kencur. Kencur? Rempah-rempah yang berbau menyengat itu dikunyah Reda mentah-mentah. Katanya, akan membuat suaranya lebih terjaga.<br /><br />Malam itu mereka membawakan lagu-lagu dari theme song sejumlah film. Termasuk film Cinta Pertama, yang diciptakan Idris Sardi. Di samping kebiasaan makan kencur (yang saya ketahui juga dilakukan saat ketemu di belakang panggung Newsmuseum), saya juga tahu bagaimana sensitivitas suara dan pendengaran Ari. Waktu itu, ia mencek dengan teliti peralatan sound system. Dan nyaris tanpa masalah. Jauh hari, Reda sudah berpesan kepada saya, “Sebaiknya pakai sound system yang biasa digunakan Ari supaya dia bisa klop.” Tata suara yang buruk, masih pesan Reda, akan membuat Ari kehilangan mood. Dan itu berbahaya. Nasihat ini saya turuti. Pertunjukan berlangsung sukses. Penonton bahkan ikut bernyanyi di ruang teater berbentuk tapal kuda itu. Udara panas. AC belum dipasang. Tiap penonton dipinjami kipas sate. Pertunjukan usai, obrolan berlanjut di teras belakang. Besoknya, foto duet ini muncul di harian Kompas.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Berkumpul Lagi</span><br />Sampai akhirnya terdengar kabar Ari sakit. Kalau tidak salah empedunya terganggu. Kabar ini saya ketahui dari Nana, kawan mereka juga. Barangkali ini yang membuat duet itu kemudian jarang muncul. Benarkah Ari bakal susah berduet lagi? Sebelum menjawab ini, saya tanyakan ke Denny MR, teman yang hidupnya dihabiskan untuk mendengarkan musik Indonesia.<br /><br />Kesan apa yang didapatnya setiap kali mendengar duet ini? “Duet ini istimewa. Suara Ari itu begitu ‘ringan’ dalam arti bening. Klop dengan suara Reda yang agak ‘bergetar’. Mereka cocok dengan lagu-lagu balada. Jangan berikan lagu yang rock,” katanya. Seperti biasa, dia serius. Katanya, lagi, mestinya dalam industri rekaman, suara mereka punya tempat. “Gue enggak tahu ya kenapa mereka nggak masuk industri.”<br /><br />Entah oleh musabab apa, duet ini pernah terancam pisah. Di sebuah parkiran mobil Palmerah, Ari menumpahkan kekesalannya. Saya tidak mau ikut bertanya. Atau menyelidik. Saya mendengarnya dengan rasa menyesal. Bukankah saya masih menyimpan kemauan, bikin konser dengan judul, “Dengan Kepala Dingin”. (Waktu itu, cuaca politik di Jakarta kisruh dengan banyak pernyataan serba mengancam dari militer. Mungkin mendengar lagu-lagu dari Ari & Reda akan jadi semacam oase. Cari kesejukan sedikit).<br /><br />Waktu bisa menyelesaikan masalah. Mungkin. Kenyataannya, suatu siang, Reda mengabarkan berita gembira. Duet itu akan nyanyi kembali! Mereka bertemu di Bentara Budaya. Dan ajakan itu meluncur begitu saja. Lalu disanggupi. Kabar yang menggembirakan. Ari & Reda bernyanyi lagi. Sayang, konser di Wapres (Warung Apresiasi) itu tak sempat saya tonton karena mendadak badan meriang.<br /><br />Hitung sendiri, sudah berapa lama duet ini, sejak awal manggung di taman sastra UI. Mereka telah membentuk komunitasnya sendiri. Seperti dengan sistem sel: temen-temen dari temen-temen-temennya Reda atau temenya temen dari temen-temennya temen Ari. Dari Fakultas Sastra (sekarang FIB), lalu FISIP, termasuk “kampus” mereka yang lain: dunia kerja. Bagaimana menggambarkan dunia kerja ini, suatu kali di kedai kopi Cikini, si penyanyi yang suka berjalan cepat di depan kantor pos itu berkata, “Kalau diitung-itung, kerjaan gue sekarang ini adalah yang ke-13!” Bukan hanya Reda, saya kira, Ari pun mempunyai kesibukan yang tak kalah seru. <br /><br />Satu dengan yang lain melahirkan teman dari latar yang berbeda-beda. Uniknya, sejauh-jauh langkah mereka, keduanya akan duduk kembali di kursi itu, menghadapi buku lagu, dengan kidung merdu. Seperti penonton-penontonnya: sesibuk-sibuknya, akan berhenti sejenak, begitu ada undangan nonton duet ini. Kapan? Di mana? Si anu ikut nonton juga nggak? Seperti peluit kereta di stasiun pemberhentian. Sebuah jeda untuk menikmati kesederhanaan: lagu, puisi.. dalam suara bening dan bergetar itu. Keren banget tulisan Cenil:<br /><br /> <span style="font-style:italic;">… dinyanyikan oleh orang yang sama, didengarkan bersama orang-orang yang sama. Gembira tak bisa jadi kata yang tepat. Bahagia mungkin lebih dekat.</span><br /><br />Saya sudah bayangkan. Lagu yang bakal dinyanyikan mereka. Puisi-puisi itu. Posisi duduk mereka. Ada buku lagu. Ada senyum. Tapi ketika ada berita mereka akan manggung, toh saya akan berusaha hadir. Menonton kembali. Lalu menunggu lagu kesayangan itu dinyanyikan. Lagi. Rindu, haru, seru. Itulah dia, Ari & Reda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-15586036172733337052008-02-07T17:31:00.000-08:002008-02-07T17:40:05.501-08:00Malam PUISI-PUISI CINTA SAPARDI DJOKO DAMONO, 14 & 15 Februari 2008, TIM, pk. 20.00<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI7t6epU5S_7bJqD5lLeRHM9tEghi6P2so74na1fidV3W1Dw7_PuIC-LukZxPrQQhpo5Ab9AL6t8u5Bn3tN2nsIFR6CiWkOEwiNKEXClfo22ad_Jz9PThZOZ4r0v8kxwmIcuF-D0MQk3gb/s1600-h/ShowLetter.gif"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI7t6epU5S_7bJqD5lLeRHM9tEghi6P2so74na1fidV3W1Dw7_PuIC-LukZxPrQQhpo5Ab9AL6t8u5Bn3tN2nsIFR6CiWkOEwiNKEXClfo22ad_Jz9PThZOZ4r0v8kxwmIcuF-D0MQk3gb/s320/ShowLetter.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5164417290852242546" /></a><br />PEMBACAAN DAN MUSIKALISASI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO<br /> <br />Sebagai penghormatan atas pencapaian dan dedikasi Sapardi Djoko Damono di bidang sastra, Pusat Kesenian Jakarta akan menyelenggarakan acara bertajuk ”Puisi-puisi Cinta Sapardi Djoko Damono”. Acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Februari 2008, jam 20.00 di gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki.<br /> <br />Di samping dikenal luas sebagai seorang guru besar dan kritikus sastra yang handal, Sapardi Djoko Damono juga merupakan salah satu dari sedikit penyair Indonesia yang sangat tenar. Karya-karya puisinya banyak dikutip orang untuk ucapan selamat ulangtahun, undangan perkawinan, surat cinta, serta berbagai kepentingan lain yang pribadi sifatnya.<br /> <br />Dengan kepiawaian seorang maestro, Sapardi menuangkan pengalaman puitiknya dalam bahasa yang jernih dengan pilihan kata yang sederhana, namun selalu berhasil menciptakan imaji yang serta-merta membetot empati pembacanya untuk terlibat lebih dalam dengan karya-karyanya.<br /> <br />Karya-karyanya antara lain: DukaMu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983; mendapat Hadiah Sastra DKJ 1983), Sihir Hujan (1984; pemenang hadiah pertama Puisi Putera II Malaysia 1983), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-Ayat Api (2000) dan banyak lagi. Ia juga menerjemahkan karya-karya sastra dunia seperti: Lelaki Tua dan Laut (1973; Ernest Hemingway), Sepilihan Sajak George Seferis (1975), Puisi Klasik Cina (1976), Lirik Klasik Parsi (1977), Afrika yang Resah (1988).<br /> <br />Khususnya sejak penerbitan kumpulan Hujan Bulan Juni, yang disusul peluncuran album musikalisasi puisi karya-karyanya dengan judul yang sama, Sapardi Djoko Damono tidak ubahnya virus yang menyebar begitu cepat, memaksa orang untuk benar-benar menoleh ke karya sastra puisi.<br /> <br />Acara ini akan didukung oleh Ari-Reda, Jose Rizal Manua, Ine Febriyanti, Cornelia Agatha, Ags. Arya Dipayana, Lab. Musik Jakarta dan Paduan Suara Gita Swara Nassa. Sang penyair akan hadir dalam acara tersebut, untuk memberi kesempatan bagi masyarakat mengenal lebih dekat penyair pujaan mereka.<br /> <br />Harga tanda masuk untuk acara ini adalah Rp. 50.000 dan Rp. 30.000. Untuk informasi lebih lanjut dan pemesanan tiket dapat menghubungi Pusat Kesenian Jakarta TIM di telepon (021) 31937325 dan 31934740.<br /> <br /> <br />Penanggungjawab Acara:<br />Jose Rizal Manua (0811833161)<br />Ags. Arya Dipayana (0818709075)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-61341931403498991052007-05-16T00:11:00.000-07:002007-05-16T00:45:11.268-07:00becoming dew tiba di London<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Pada suatu hari, Hendiarto --teman kami-- berangkat ke London. Yes, Hendiarto of Etnobook & Etnogallery. Bersamanya, ia bawa dua puluh cd :becoming dew. Sesampai di sana, cd dibagikan kepada banyak teman. Salah satunya kepada Liston. </span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> ".......dari tepi sungai Thames, di resto depan Tate Gallery, sambil makan</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> siang dengan Guiness+Heineken, aku dan Liston berangan tentang sukses</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> karir A+R...., ah semoga itu bisa diwujudkan... "[Hnd] </span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> -- </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;" >Hendi, aku tahu restoran itu: bir-nya memang melimpah, dan sup labunya yang hangat, luarbiasa! Berjalan sedikit, dan kau akan sampai di Millenium Bridge. Betul? </span><span style="font-family:trebuchet ms;"></span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Pertemuannya dengan Liston tak berhenti pada makan siang. CD kami masuk tas Liston, lalu diputar di BBC, tempat Liston bekerja. Suatu sore, ketika perut sedang sangat tidak bersahabat, Liston menelepon. Kami mengobrol tentang pembuatan album, tentang lagu, tentang puisi. Banyak. Dan inilah hasilnya. Anda bisa klik ke www.bbcindonesia.com atau mencoba link yang terpasang, atau membaca yang tertulis di sini. </span><br /><br />12 sajak di Becoming Dew</span><!-- end_title --><div class="eight"><span style="font-size:85%;"> </span></div><table align="right" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="208"><tbody><tr><td rowspan="2" bg="" style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:85%;"><img src="http://www.bbc.co.uk/f/t.gif" alt="" border="0" height="1" width="5" /></span></td><td><div><span style="font-size:85%;"><img src="http://www.bbc.co.uk/worldservice/images/2007/05/20070510114556becomingdew203.jpg" alt="Becoming Dew" height="152" width="203" /></span></div></td></tr><tr><td class="caption"><span style="font-size:85%;">Musikalisasi 12 sajak Sapardi Djoko Damono</span></td></tr></tbody></table><!-- st_story --><div class="storytext"><span style="font-size:85%;"><b>Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono sudah berulang kali digubah ke dalam lagu, dan Ari Reda juga bukan pertama kalinya terlibat.</b></span></div><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Namun Becoming Dew yang berisi 12 sajak Sapardi Djoko Damono, merupakan album komersial pertama Ari Reda. </span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Menurut Reda, yang sebelumnya pernah menjadi penyanyi sekaligus produser dalam musikalisasi puisi Gadis Kecil, kali ini musiknya lebih sederhana dengan petikan gitar Ari Malibu.</span></p><p class="storytext"><!-- end_story --></p><div class="alsointhenewsheadline"><span style="font-size:85%;"><a onclick="window.open(this.href,this.target,'status=no,scrollbars=no,resizable=yes,width=409,height=269'); return false;" href="http://www.bbc.co.uk/mediaselector/check/indonesian/meta/dps/2007/05/070512_arireda?size=au&bgc=003399&amp;amp;lang=id&nbram=1&nbwm=1" target="avaccesswin"><img class="buttonpadding" src="http://www.bbc.co.uk/indonesian/images/furniture/button_audio.gif" title="" alt="" border="0" />Dengar Becoming Dew</a></span></div><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">"Mungkin karena musiknya sederhana, sajak-sajaknya jadi lebih keluar," kata Reda kepada BBC Siaran Indonesia.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Reda juga merasa bahwa kali ini dia bisa tampil lebih santai karena sebelumnya dia lebih direpotkan oleh urusan-urusan tehnis. </span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Walau album Becoming Dew amat khas, namun Reda melihat ada pasar baru yang sebelumnya tidak ada.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">"Penggemar kami mahasiswa dan juga eksekutif muda yang sebelumnya tidak mengenal Ari Reda," tambahnya. </span></p><div id="quotebox"><table id="inlinebox" bg="" style="color: rgb(227, 237, 247);" align="right" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="208"><tbody><tr><td bg="" style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:85%;"><img src="http://www.bbc.co.uk/f/t.gif" alt="" border="0" height="1" width="5" /></span></td><td><div class="inlineboxquote"><span style="font-size:85%;"><img alt="" src="http://www.bbc.co.uk/worldservice/images/furniture/800_left_quote.gif" border="0" height="13" width="18" /> Saya pernah mencoba irama rock untuk Lima Sajak Empat Seuntai, tapi Pak Sapardi tak suka<br /><img alt="" src="http://www.bbc.co.uk/worldservice/images/furniture/800_right_quote.gif" align="right" border="0" height="13" width="18" /></span></div><div class="six"><span style="font-size:85%;"> </span></div><div class="inlineboxauthor"><span style="font-size:85%;">Ari Malibu</span></div></td></tr></tbody></table></div><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Ari Malibu dan Ari Gaudiamo pertama kali bertemu dan menyanyi pada tahun 1982, namun lebih banyak di lingkungan kampus Universitas Indonesia.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Seluruh sajak-sajak dalam Becoming Dew digubah oleh beberapa orang, antara lain AGS Aryadipayana, Budiman Hakim, maupun Ari Malibu dan Reda Gaudiamo sendiri.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Irama melankoli mendominasi album ini dan menurut Ari Malibu memang irama itulah yang cocok untuk sajak Sapardi.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">"Saya pernah mencoba irama rock untuk Lima Sajak Empat Seuntai, tapi Pak Sapardi tak suka. Jadi mungkin ya irama melankoli dan seperti itu yang cocok," kata Ari.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Adapun Sapardi Djoko Damono mengatakan tidak ada perasaan istimewa dengan Becoming Dew karena karyanya sudah sering dijadikan lirik lagu.</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">Apakah tidak kuatir kalau sajaknya kelak dikenal lebih sebagai lirik lagu?</span></p><p class="storytext"><span style="font-size:85%;">"Bagi saya tidak apa-apa, barangkali memang cocok untuk lirik lagu," katanya sambil tertawa lepas.</span> </p><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sejauh ini kami berjalan. Jarak semakin jauh dan pemandangan semakin indah. Tentu tak akan pernah tercapai tanpa bantuan teman yang begitu penuh cinta mendukung Ari & Reda. </span><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Hendi dan Liston, TERIMA KASIH!</span><br /><br /><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Salam, </span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">r</span><br /><br /><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-73092657770382512282007-04-16T01:23:00.000-07:002007-04-16T03:16:38.204-07:00Tentang Upload & Download Lagu di Dunia Maya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMSoSZbCZL2GY_7L3GSnIHb40HIzpUhd5lw_fapD6W2jAf-fTXKG6YxG4vNZ2Nf05dPRtG1hTGPEYOSGNXtjr-HGYXZMsj835Ch8RFEeacuv_vjmi78wjYD-RO_ovr_jOfW4bvZHstlAL6/s1600-h/CB068301+old+radio.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 163px; height: 163px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMSoSZbCZL2GY_7L3GSnIHb40HIzpUhd5lw_fapD6W2jAf-fTXKG6YxG4vNZ2Nf05dPRtG1hTGPEYOSGNXtjr-HGYXZMsj835Ch8RFEeacuv_vjmi78wjYD-RO_ovr_jOfW4bvZHstlAL6/s200/CB068301+old+radio.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5053945501339510178" border="0" /></a><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Setelah menulis sedikit tentang rasa tak karuan menemukan 'Gadis Kecil' dengan mudah bisa di-download di dunia </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >maya, saya menerima tanggapan dari beberapa teman. Ada Yo yang berbagi pengalaman: puisinya dicontek habis dan ditempelkan pada undangan kawin. Nama pengantin jadi nama penyairnya. Juga dari <span style="font-weight: bold;">J A F Rane</span>, sahabat luarbiasa saya yang bekerja di <span style="font-weight: bold;">RSI - Radio Singapore International. </span>Selain menyatakan turut berduka, Rane menambahkan berita baru, bahwa :<span style="font-style: italic; font-weight: bold;">becoming dew </span>pun telah bernasib sama.<br /><br />Astaga!<br /><br />Rane lalu menelepon saya. Kami pun bicara soal yang satu itu.</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > Dan ternyata hasil pembicaraan itu dilansir ke udara. Bila teman-teman ingin membaca bentuk tulisannya, saya sertakan di sini.<br /><br /></span><blockquote style="font-style: italic;"><p class="subhdr"><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-weight: bold;">Mengupload dan Mendownload Lagu MP3 di Internet?</span></span></span></p><p class="subhdr"><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" >http://www.rsi.sg/indonesian/pranala/view/20070413112600/1/.html</span><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span></span></p> <p class="top"><span style="font-size:85%;">April 12, 2007</span></p> <table align="right" border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" width="130"> <tbody><tr> <td> <span style="font-size:85%;"><a href="http://www.podcast.sg/rsi_indon/pranala/110407_pr_hakcipta.mp3"><img style="width: 80px; height: 61px;" src="http://www.rsi.sg/images/malay/dl_podcastmp3_malind.gif" border="0" /></a></span> </td> </tr> </tbody></table><p class="text"><span style="font-size:85%;"> Berbagi lagu-lagu berformat mp3 di internet? Munngkin anda termasuk yang gemar melakukannya. Tapi tahukah anda bahwa itu menyangkut karya cipta orang lain?<br /><br />Para penggemar musik Indonesia bisa jadi mengenal lagu Aku Ingin yang diambil dari karya puisi penyair terkenal Indonesia Sapardi Djoko Damono. Lagu ini bersama 10 lagu lainnya terdapat dalam album Gadis Kecil, sebuah album musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono yang di produksi dan dinyanyikan oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana Soebiyanto pada tahun 2005 lalu. Nah, belum lama ini, ketika tengah berkorespondensi dengan seorang temannya di Perancis, Reda Gaudiamo -salah satu penyanyinya- mendapati bahwa lagu itu sudah bisa didownload di internet melalui salah satu situs multiply.com.<br /><br />Bayangkan, anda sudah berusaha bertahun-tahun, mengumpulkan uang, minta ijin pada sang pemiliki syair, rekaman berbulan-bulan untuk menghasilkan sebuah album, namun kemudian ada orang lain yang dengan mudah menyebarkannya di internet? Reda Gaudiamo tidak perlu membayangkannya. Ada seseorang yang memasang ke 11 lagunya itu di internet dengan menggunakan layanan multiply dot com yang memamng memungkinkan siapapaun mengupload lagu-lagu berformat digital seperti mp3 dan kemudian bisa didownload siapapun juga tanpa harus membeli cd aslinya. Reda kemudian meninggalkan pesan kepada si pemilik situs multiply tersebut agar yang bersangkutan meminta izin kepada sejumlah orang yang terlibat produksi album itu. Apa reaksi yang didapatnya?<br /><br />Si pemilik situs multiply justru balik marah-marah karena merasa terganggu. Nah, masalahnya yang terjadi disini adalah fakta bahwa si pemilik situs multiply marah-marah karena merasa terganggu oleh orang yang justru adalah pemilik asli karya tersebut menunjukkan bahwa jangan-jangan memang banyak yang tidak tahu bahwa menyebarkan karya orang lain dalam hal ini lagu berformat mp3 tanpa izin itu adalah melanggar hak cipta.<br /><br />Menurut Rapin Mudiardjo, SH dari Information and Communication Technology Watch atau ICT Watch, secara hukum hak cipta akan langsung muncul begitu karya itu selesai dibuat. Jadi tidak perlu didaftarkan lagi karena otomatis sudah muncul. Tentu asal si pemilik karya cipta bisa membuktikannya.<br /><br />Karena itulah pelanggaran hak cipta tentu saja adalah pelanggaran hukum. Masalahnya, di Indonesia, peraturan hukum yang mengatur pelanggaran hak cipta secara digital ini menurut Rapin belum banyak disentuh<br /><br />Menyebarluaskan karya cipta orang lain tanpa izin di internet memang melanggar hukum. Tapi menurut aturan hukum yang berlaku di Indonesia, -seperti penjelasan Rapin tadi- hukum baru bisa menyentuh jika yang terjadi adalah penyebarluasan karya orang untuk mengambil manfaat secara ekonomi. Ini yang menjelaskan mengapa orang jualan cd berisi MP3 atau lagu bajakan bisa ditangkap, tapi jika itu disebarluaskan di internet tanpa maksud untuk menjualnya, ini belum disentuh oleh aturan hukum.<br /><br />Namun anda yang gemar mengupload dan berbagi lagu mp3, jangan keburu senang dulu. Minimnya aturan hukum bukan berarti tidak ada yang bisa diperbuat. Dalam kasus yang dialami Reda Gaudiamo misalnya, jika kita membaca aturan main yang disediakan oleh Multiply.com, maka kalau misalnya sang pemilik karya cipta bisa membuktikan kepada multiply bahwa karya yang di sebarkan lewat layanan mereka itu adalah miliknya, maka proses hukum bisa dijalankan. Server multiply memamgn bisa jadi secara fisik tidak berada di Indoensia, namun jangan lupakan bahwa IPR atau intelectual property rights atau hak cipta intelektual itu adalah hukum internasional<br /><br />Dengan kata lain, walaupun akan memerlukan proses yang panjang dan mungkin rumit, jika sang pemilik karya itu ingin berjuang menuntut haknya yang dilanggar orang lain, jalan masih terbuka lebar walaupun hukumnya belum banyak diantisipasi di Indonesia.<br /><br />Nah, kembali ke kasus yang dialami Reda Gaudiamo tadi, ketika menyadari karya nya disebarkan orang lain tanpa izin, akankah ia menuntut secara hukum? Dengan tegas ia mengatakan tidak terpikirkan untuk sampai ke sana.<br /><br />Bagi Reda lebih dari soal hukum, yang justru mengkhawatirkan baginya adalah karena pelanggaran hak cipta ini bisa terjadi karena orang belum banyak tahu atau bahkan karena budaya melanggar hak cipta itu sudah membudaya menjadi sebuah perilaku. Tapi apakah itu akan mencegahnya untuk terus berkarya?<br /><br />Ya, banyak yang mengatakan bahwa dunia internet adalah dunia yang bebas. Di alam maya atau alam saiber orang bebas berpendapat dan bebas menjadi siapa saja atau melakukan apa saja. Tapi jangan pula lupakan bahwa mentang-mentang bebas, berarti kita bisa melakukan apa saja dan tidak memberikan penghargaan kepada karya orang lain. Ini lebih dari sekedar soal hukum. Ini soal penghargaan pada apa yang telah dilakukan susah payah oleh orang lain, karena tentu anda juga ingin dihargai upayanya oleh orang lain juga, bukan?"</span></p> <p class="subhdr"><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><span><span style="font-size:85%;">dikutip sesuai aslinya atas ijin RSI<br />sumber:http://www.rsi.sg/indonesian/pranala/view/20070413112600/1/.html</span></span></span></span></p></blockquote><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Demikianlah...<br />Seperti yang sudah tersampaikan lewat omong-omong di radio-nya J A F Rane, urusan bajak-membajak tak akan menyurutkan langkah kami. Langkah saya. Ketika sudah sampai di sini, berhenti bukan pilihan yang perlu dipertimbangkan. Rem sudah putus sejak lama. Saya hanya berharap bahwa siapa pun yang ingin mendown-load (juga yang mengupload) lagu-lagu milik siapa saja, mungkin perlu berfikir kembali. Perlukah itu dilakukan? Bagaimana bila yang dilakukan adalah mendukung para pembuat musik. Misalnya dengan membuat review, mempromosikan, mengajak teman-teman untuk memiliki sendiri album/cd yang disuka....<br />Itu yang saya usulkan sambil kita semua belajar menghargai karya yang sudah diciptakan dengan susah payah.<br /><br />Dan untuk <span style="font-weight: bold;">J A F Rane</span>: terima kasih yang amat sangat sudah mengangkat masalah ini ke udara. Terima kasih untuk dukungan yang tak pernah surut.<br /><br />selalu,<br />r</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-2932259491671128212007-03-19T20:25:00.000-07:002007-03-19T21:17:04.428-07:00pada suatu hari...<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrYkyGaKDgqkHEIXo_letZmA-qf7BUoaf9-DcEa7RjZqYqYqRTNAlumsAt82N_kRrFFUHLfROXTq7G5VBC3gLpV97rNcI9T6JjDZAcImQFLn13LAQRwbZA7_lTHoxxqhC7GuEBk1O0aHuV/s1600-h/42-17303249+dew.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrYkyGaKDgqkHEIXo_letZmA-qf7BUoaf9-DcEa7RjZqYqYqRTNAlumsAt82N_kRrFFUHLfROXTq7G5VBC3gLpV97rNcI9T6JjDZAcImQFLn13LAQRwbZA7_lTHoxxqhC7GuEBk1O0aHuV/s200/42-17303249+dew.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5043851515590003378" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">saya mendapat kabar,<br />bahwa lagu musikalisasi puisi album terdahulu (gadis kecil)<br />dengan mudah bisa di-download via internet.<br /><br />pada suatu hari, saya mencoba berkunjung ke alamat itu<br />dan terbukti bahwa kabar yang disampaikan itu benar adanya.<br />lalu bertanyalah saya, adakah pemuatan lagu itu<br />telah dimintakan ijinnya pada yang membuatnya?<br />atau setidaknya pada pemilik sajak?<br /><br />jawaban yang datang tak bisa dibuka.<br />tetapi setelah itu, saya tahu bahwa sang pelaku marah besar.<br />saya telah mengganggu kerjanya. Begitu katanya...<br /><br />saya tak mengerti.<br />bukankah harusnya saya yang harusnya boleh berapi-api?<br />(tapi toh tidak saya lakukan).<br />bukankah harusnya saya boleh mengejar jawaban<br />dan alasan mengapa ini terjadi?<br />(tetapi tak bisa dilakukan<br />karena pelakunya kemudian menghilang dari ruang maya)<br /><br />hari ini,<br />saya kembali melihat apa yang telah kami perbuat selama ini.<br />mungkin buat banyak orang, ini kerja kecil.<br />tetapi buat kami, ini sungguh istimewa.<br />karena kami membuatnya dengan hati, dengan rasa,<br />dengan tenaga dan segala yang kami punya.<br />begitu selesai, kami ingin karya ini bisa dinikmati banyak orang<br />dengan cara yang seharusnya.<br /><br />ketika kemudian ada yang mengambilnya begitu saja,<br />tanpa memberi kabar terlebih dahulu,<br />hati kami terluka.<br /><br />sangat.<br /><br />r<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><span style="font-family:trebuchet ms;"></span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-57103010116809984572007-02-12T21:10:00.000-08:002007-02-12T21:35:51.767-08:0014 Februari: Hari Burung Kolibri Merah Dadu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKd2I92Xn9-UFheuoVsMbYuqW1YcSqim6ZGSu2s3dXjq4IaFWzpLodv8C1kCOrP9gcfbuI-aY7DIt_5fgPUDQkZ21sSrnPGHl1neLNoKWeqh6PO7w5bb4RLJkl9l3eCY0mX3S2v4Rvsd4Z/s1600-h/burung+kolibri.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 118px; height: 178px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKd2I92Xn9-UFheuoVsMbYuqW1YcSqim6ZGSu2s3dXjq4IaFWzpLodv8C1kCOrP9gcfbuI-aY7DIt_5fgPUDQkZ21sSrnPGHl1neLNoKWeqh6PO7w5bb4RLJkl9l3eCY0mX3S2v4Rvsd4Z/s200/burung+kolibri.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5030884854445292994" border="0" /></a><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Teman-teman,<br />Klub Sastra Bentang mengundang Anda dalam acara<br />peluncuran <span style="color: rgb(255, 204, 153);">kumpulan cerita cinta</span> <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">Kurnia Effendi, Burung Kolibri Merah Dadu</span>,<br />pada tanggal <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">14 Februari 2007, jam 19.00</span><br />di <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">MP Book Point, Jl. Puri Mutiara Raya 72,</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">Jeruk Purut, Jakarta Selatan.</span><br /><br />Jadikan malam itu sebagai ajang bernostalgia Back to Eighties, silaturahmi antarkomunitas dan miliser (antara lain Apresiasi Sastra, komunitas Leo Kristi, FSRD ITB, Komunitas Sastra Indonesia , BungaMatahari, dll) untuk berbincang perkara cinta.<br /><br />Mengapa cinta? Karena setiap penciptaan dan<br />kehidupan mustahil tumbuh tanpa cinta.<br /><br />Acara ini dimeriahkan dengan senandung dan pembacaan<br />cerpen bersama <span style="color: rgb(255, 204, 153); font-weight: bold;">Feby Indirani, Wulan Guritno,</span><br />dan <span style="color: rgb(255, 204, 153); font-weight: bold;">Anya Rompas.</span> Senandung lagu puisi oleh <span style="color: rgb(255, 204, 153); font-weight: bold;">Ari.Reda </span>(mau request lagu?)<br />Pembahasan perjalanan pengarang disampaikan oleh<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">Arya Gunawan </span>dan <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">Ryana Mustamin</span>.<br />Dihiasi happening art oleh <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 204, 153);">Indra Gunadharma</span>,<br />dan sejumlah doorprize menunggu kehadiran Anda.<br /><br />Bagi yang ingin menjadikan buku ini sebagai kado<br />atau souvenir, dapat diperoleh di toko buku Jakarta , <br />Bandung , Yogya, dan sekitarnya.<br />Menyusul kota-kota lain di Indonesia.<br /><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-68280982223389376892007-01-28T22:05:00.000-08:002007-02-04T19:55:20.908-08:00<a style="font-family: trebuchet ms;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix-5KatkWAj9srp2n0I1IpHFDUSBq9LArAvO9n2KVYT8yTUIfgXYCGV-2jIIu98i1csGsAXUwhrloAXb38uXumJLP_fpeBRhr0oyj4JiPy4_SDXRKbJjKpGTvkBsolIsLlzNFYN97awvD1/s1600-h/42-15836747+heart+soup.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 129px; height: 194px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix-5KatkWAj9srp2n0I1IpHFDUSBq9LArAvO9n2KVYT8yTUIfgXYCGV-2jIIu98i1csGsAXUwhrloAXb38uXumJLP_fpeBRhr0oyj4JiPy4_SDXRKbJjKpGTvkBsolIsLlzNFYN97awvD1/s200/42-15836747+heart+soup.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5026779424479888546" border="0" /></a><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />:becoming dew, sudah lahir.<br />Sudah dipestakan.<br />Sudah dirayakan bersama.<br /><br />Dan semua itu terlaksana berkat bantuan banyak teman dan sahabat kami yang luarbiasa!<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Ade Latief</span>,</span> yang pertama kali mencetuskan ide (dan ngotot pula!) agar Ari Reda kembali menyanyi dan sebagai konsekwensinya, hampir setiap malam minggu rumahnya yang lapang di Bintaro kami jadikan tempat latihan tarik suara (sampai jam 11 malam... apa pikir tetanggamu, ya De?)</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Eddie Prabu</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>: untuk percakapan panjang di setiap malam dan pagi, dukungan semangat yang tak pernah surut untuk apa pun yang ingin dikerjakan oleh pasangan hidupnya. TOUT!</span><br /><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">AGS Arya Di</span></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">payana</span>, yang tidak henti-hentinya memberi dorongan semangat, membuatkan lagu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (termasuk re-make Lima Sajak Empat Seuntai), dan mengatur malam peluncuran :becoming dew menjadi begitu meriah! Canggih banget! Hebat banget! Belum lagi bantuan kagetan yang tak terduga di sepanjang perencanaan dan pelaksanaan pertunjukkan dan dikerjakan diam-diam bersama <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">The 'A' team</span>-nya.<br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Soca Sobhita</span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 255);"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">,</span> </span>gadis muda yang selalu siap memberi nasihat dan semangat ketika ibunya mulai emosi, tak sabaran atau malas latihan.<br /></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Budiman Hakim</span>: </span> untuk Metamorfosis dan Pada Suatu Pagi Hari (ternyata banyak yang suka, Bud!) dan penyebaran undangan yang luar biasa, sampai Wapress hampir meletus<br /><br /></span><span style="color: rgb(153, 255, 153);font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Cak </span></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Sukardi Rinakit</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);">,</span> yang sejak pembuatan album terdahulu sudah membantu segala sesuatunya.<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Dharmawan Handonowarih</span>, kompor api biru yang rajin memompakan semangat, sampai ngotot membuat pertunjukkan kami berdua bila bersedia nyanyi lagi, lagi dan lagi.... apa pun risikonya!<br /></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">EKSOTIKA KHARMAWIBHANGGA INDONESIA</span><span style="color: rgb(153, 255, 255);"> </span>alias EKI -- lengkap dengan Rusdy Rukmarata, Sujiwo Tedjo, Aiko Senosoenoto, Iwan Setyawan, Frisca, Tinny, Aldi, Jonathan dan teman-teman di jalan Padang, yang dengan sangat sungguh plus telaten mengatur dua orang keras kepala ini mulai dari plan marketing sampai menyediakan tempat yang sangat bagus akustiknya untuk GR dan latihan di jam-jam aneh (semoga sabar selalu....).<br /></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">J A F Rane</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>yang membuatkan blog buat kami, lengkap pake foto dan terus menyebar luaskan info terkini tentang Ari Reda (you're marvelous, J A F!).<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Aulia </span>yang super semangat membantu mulai dari mencari cd box, handuk kecil, kaset, obat batuk China di Kota yang ruwet dan macet, mencatat setiap hasil pertemuan, menemani saat latihan dan rekaman dan akhirnya kebagian tugas memasukkan cd ke dalam kotaknya.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">M. Umar Muslim</span>, dengan lagu-lagunya yang membuat banyak orang jadi mengenal kami berdua, dan telah bersedia datang jauh-jauh dari Depok bersama <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Utty</span>, istri tercinta.<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Mimi Larasati</span>,</span> untuk Ketika Kau Tak Ada. Semoga berita ini sampai juga meski kau sedang berada di Paris.</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Mas Yoyik & Mas Noor</span> </span>yang memberi kami begitu banyak kemudahan dan bantuan yang sungguh hebat, sehingga :becoming dew bisa lahir dengan selamat di Wapress.<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Wiwiek</span> </span>--sang kekasih yang penuh cinta, <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Gentha</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>--putri sulung yang ikut mengisi acara dengan baca puisi, <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Jerras</span> sedang sakit, mengirim doanya untuk kesuksesan ayah dan partner nyanyinya, serta <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Gazza</span>, the little warrior!<br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Bapak Sapardi Djoko Damono</span><span style="color: rgb(153, 255, 255);"> </span>yang mengijinkan kami berdua menyanyikan lagi dan lagi sajak-sajaknya.<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">John H. McGlynn</span>,</span> yang mengijinkan terjemahan sajaknya kami jadikan lagu.<br /></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Happy Salma</span> & <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Wulan Guritno</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>untuk kesediaannya datang dan membacakan sajak<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Harris Saus</span><span style="color: rgb(153, 255, 255);"> </span>dengan suara indahnya menggetarkan Wapress lewat pembacaan</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > sajak-sajaknya (mungkin harus </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >menyanyi juga suatu hari nanti)<br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >dan kehadiran ...<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Neenoy</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>dan <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Dissy</span>, yang dengan tekad bulat membelokkan arah roda dari tujuan pulang ke Wapress.<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Alfons, Conny </span>dan dua buah hatinya<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Yully </span>dan <span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Yanusa</span> </span>yang ngebut dari airport<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 255);"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Corinna Manangka</span>,</span> teman SMP ku yang jauh-jauh datang sendiri!<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Bebe, Ali & Raihan</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Dani Wusono</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Eva, Hendro, Sekar & Danang</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Hendi of Etno Book</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);"><br />Q-Bro & </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Daru</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);"><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Gigin</span></span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Tonny Q<br /></span></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">Zul Aradia </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);"> </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 255);"><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Teman-teman di Wapress</span> </span>yang sejak siang sudah kerja keras beberes panggung <span style="font-weight: bold;"><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Teman-teman dari berbagai media massa</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Tim Putri Everest</span></span></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">The Blogspots Community<br />Teman-teman</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>jaman <span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 255);"><span style="color: rgb(153, 255, 153);">UI Ramawamangun & Depok</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">teman main, teman kerja, teman gaul, teman keluarga, teman di milis dan internet,</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">pecinta puisi, pecinta musikalisasi...</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Semua yang hadir </span></span>malam itu dan<span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 255, 153);">yang mendoakan</span><span style="color: rgb(153, 255, 153);"> </span>agar acara berlangsung lancar<br />dan selamat dari hantaman hujan...<br /><br /></span><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(153, 255, 153);font-family:trebuchet ms;" >CINTA KAMI UNTUK KALIAN SEMATA!</span><br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(255, 204, 204);"></span></span></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Tanpa kalian, kami mungkin masih duduk di ambang jendela,<br />mengenang masa lalu, tak berbuat apa-apa. </span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Terima kasih. Amat sangat</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Semoga segala kebaikan, </span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">cinta & damai </span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">beserta kalian. </span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 153);">Selalu.</span><br /><br /></span><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 255, 255);">a.r</span><span style="font-weight: bold;"><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><br /><br /><br /><br /><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-85042682869097510842007-01-22T03:39:00.000-08:002007-01-24T21:32:38.198-08:00: becoming dew<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX-9hskUgMws5bkK-fal9DLgNx_4vqCzBx7LefatEnOcd5SJTT6xsMefBkwMkXqiao44_MVTvZGfFS9zbnICh8IkLXObd5murSOF3mJvxBI4o-O5zjQttmznDyfYJwcu5rPfEddrxJ0-ip/s1600-h/becoming+dew.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX-9hskUgMws5bkK-fal9DLgNx_4vqCzBx7LefatEnOcd5SJTT6xsMefBkwMkXqiao44_MVTvZGfFS9zbnICh8IkLXObd5murSOF3mJvxBI4o-O5zjQttmznDyfYJwcu5rPfEddrxJ0-ip/s200/becoming+dew.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5023834558997982114" border="0" /></a><br /><div style="text-align: left;"><br /></div><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Akhirnya, kami berdua punya album sendiri.<br />(<span style="font-style: italic;">Meminjam istilah Cak Sukardi Rinakit, </span><br /><span style="font-style: italic;">kami berdua sudah sampai di tikungan terakhir. </span><br /><span style="font-style: italic;">Karena baru sekarang bikin album, </span><span style="font-style: italic;">padahal sudah nyanyi-nyanyi<br />nggak karuan dari tahun '82</span>!)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">: become dew </span>- begitu judulnya.<br />Terambil dari baris terakhir sajak Sapardi Djoko Damono, Don't Tell Me, terjemahan John H. McGlynn dari sajak Jangan Ceritakan.<br /><br />Di dalamnya ada 11 lagu lain, yang semua terambil dari<br />sajak-sajak Sapardi Djoko Damono.<br /><span style="font-weight: bold;"> Akulah Si Telaga</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Kartu Pos Bergambar Jembatan Golden Gate, San Francisco.</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Lima Sajak Empat Seuntai</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Pada Suatu Hari Nanti</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Ketika Kau Tak Ada</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Sonnet: X </span>-- juga dalam bahasa Inggris<br /><span style="font-weight: bold;"> Pada Suatu Pagi Hari</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Metamorfosis</span><br /><span style="font-weight: bold;"> Ketika Berhenti Di Sini</span><br />dan sepasang lagu yang sulit buat dilepas --setidaknya sampai sekarang:<br /><span style="font-weight: bold;"> Aku Ingin </span>dan <span style="font-weight: bold;">Hujan Bulan Juni.</span><br /><br />Dari sekian banyak lagu itu, banyak yang lagu lama dan hampir terlupakan karena<br />tak pernah dinyanyikan. Kami rasa, teman-teman perlu mengenal<br />lagu-lagu itu. Seperti <span style="font-weight: bold;">Ketika Kau Tak Ada</span>, yang komposisinya<br />dibuat oleh Mimi Larasati. Aslinya lagu ini dibuat untuk piano.<br />Di album ini digubah untuk gitar.<br /><br />Kemudian <span style="font-weight: bold;">Pada Suatu Pagi Hari</span> dan <span style="font-weight: bold;">Metamorfosis</span> yang keduanya<br />dikomposisi oleh Budiman Hakim. Ya, <span style="font-weight: bold;">Budiman Hakim of Macs909</span> itu.<br />Di versi asli, dinyanyikan oleh Reda dan Dina Nasution.<br />Kini Dina sudah berada di Belanda.<br />Sedangkan Metamorfosis adalah komposisi yang dibuat khusus<br />untuk Neno Warisman. Di album ini kami ubah sedikit menjadi<br />komposisi untuk duet.<br /><br />Lalu ada <span style="font-weight: bold;">Lima Sajak Empat Seuntai</span>.<br />Dulu, tahun 1989 itu, Ari membuatnya dengan sentuhan rock.<br />Waktu itu tujuannya untuk melengkapi jenis musik yang ada<br />di album Bulan Apresiasi Sastra. Selain yang bergaya balada, rock pun ada.<br />Ternyata komposisi itu membuat Pak Sapardi terkaget-kaget.<br />Dan sejak album Hujan Bulan Juni dirilis tahun 1989, lagu itu<br />tak berani kami nyanyikan lagi. Takut Pak Sapardi pusing mendengarnya.<br />Di album ini, lagu itu kembali muncul. Tetapi sudah tidak jadi lagu rock lagi.<br />AGS Arya Dipayana menjadikannya lagu baru.<br />(<span style="font-style: italic;">Rane, semoga kau suka dengan komposisi ini.</span>..).<br /><br />Yang agak lain dari album sebelumnya, di sini kami selipkan<br />dua sajak Pak Sapardi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris<br />oleh John H. McGlynn dari Yayasan Lontar.<br />Don't Tell Me (komposisi lagu: Reda)<br />dan Sonnet: X (komposisi lagu: Ari).<br /><br />Dan kemudian album ini ditutup dengan lagu Ketika Berhenti Di Sini,<br />yang dikomposisi oleh AGS Arya Dipayana.<br /><br />Nah, dengan lahirnya :becoming dew, kami berdua mengundang teman-teman<br />untuk merayakan kehadirannya pada hari <span style="font-weight: bold;">Jum'at 26 Januari 2007, </span><br /><span style="font-weight: bold;">di Warung Apresiasi/WAPRES Bulungan, pukul 20.00</span><br /><br />Bila sempat, datanglah.<br /><br />Kami tunggu dengan penuh harap.<br />ari . reda<br /><span style="font-weight: bold;">ari.reda@gmail.com<br /><br /></span><span style="color: rgb(255, 255, 0);">CD :becoming dew dapat diperoleh di </span><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span><ul><li><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Warung Apresiasi/WAPRESS, Bulungan</span></span></li><li><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Toko Buku Taman Deklamasi, Jose Rizal di Taman Ismail Marzuki</span></span></li><li><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">Toko Buku Aksara</span></span></li><li><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;">SOHO, Plasa Semanggi</span></span></li></ul><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><span>atau langsung hubungi </span><span style="font-weight: bold;"><br />EKSOTIKA KHARMAWIBHANGGA INDONESIA/EKI<br />Jl. Padang 30, Jakarta<br />Telp. 021 831 2377 - email eksotika@indo.net.id<br />untuk pengiriman langsung<br /></span><br /><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-2536077521985996196.post-68492817758049475962007-01-03T22:26:00.000-08:002007-02-01T20:39:24.465-08:00Ari Reda: Cerita Kami<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhUtUiCFozoKbx0IDRDWTyPRyTu_pWWdrfBU_Oos5N20tIkDnDUiefpj4EeDvrAt1-hjtsJs9JAe19l4dID7OY8EE6Eu6RqiYzthlf7pHi0os4Rf67mcs9Buer84oy6puDHko0W4XE7pEH/s1600-h/ari+reda2bw.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 222px; height: 155px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhUtUiCFozoKbx0IDRDWTyPRyTu_pWWdrfBU_Oos5N20tIkDnDUiefpj4EeDvrAt1-hjtsJs9JAe19l4dID7OY8EE6Eu6RqiYzthlf7pHi0os4Rf67mcs9Buer84oy6puDHko0W4XE7pEH/s320/ari+reda2bw.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5026769464450729090" border="0" /></a><br /><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Pada suatu hari, di tahun 1982 (bulan Oktober, kalau tidak salah), saya dicegat oleh Pepeng. Ya, Pepeng yang itu! Sangat tidak menyenangkan, karena saya masih ingat betapa galaknya dia waktu mengospek saya sekitar setahun lalu. Terus terang, dalam hati saya berdoa, semoga tidak ada ospek susulan di tengah-tengah semester tiga ini. Saya</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > pantas khawatir, karena cara memanggilnya ya masih sama dengan masa ‘ngerjain’ itu.<br /><br />“Sini, duduk!” katanya memerintah, matanya melotot. Mau bilang tidak mau, jelas konyol dan cari perkara karena dia melakukannya di depan kantor senat yang banyak manusianya (mereka semua anak-anak Antrop, teman Pepeng, yang suaranya kencang-kencang!). Jadi kalau mau aman, menurut saja. Saya duduk di sampingnya, di emper ruang senat, di pinggir got.<br /><br />“Elu suka nyanyi, kan? Gue nggak tahu gimana caranya, elu musti nyanyi buat acara gue! Elu nggak boleh nolak, karena pasangan nyanyi elu udah gue siapin!” dia lalu bangun sambil menarik tangan saya. Kami masuk ke ruang senat. Di situ, ada banyak teman duduk, rimbun di sofa yang sudah peyot. Tertawa-tawa, cerita-cerita, nyanyi-nyanyi. Lagu-lagunya saya tidak kenal. Pepeng memberi isyarat agar teman-teman itu menyingkir sedikit. Dan tiba-tiba, di sofa yang tadinya penuh manusia, sepi. Tinggal seorang teman, berambut keriting, main gitar. Tidak peduli dengan sekitarnya. Pepeng menekan bahu saya, mendudukkan saya di sebelah teman itu.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />“Reda, ini Ari. Ari, ini Reda. Sejam lagi, kalo gue balik, elu berdua udah musti punya dua lagu buat nyanyi hari Kamis,“ katanya sambil mencangklong tas punggungnya. Pepeng pergi begitu saja. Kerumunan teman-teman sudah diam. Tetapi sekarang mereka memandangi saya dan teman yang bernama Ari ini. Saya tidak tahu musti bilang apa saat itu. Kami tidak bersalaman, tidak bilang hai, tidak bersuara apa-apa. Sekitar setengah menit kemudian, Ari memainkan gitar, lagu </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >John Denver</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Saya ikut menyanyi saja. Ari mengambil suara satu, saya ambil dua. Waktu di baik kedua dia lari ke suara dua, saya ambil suara satu. Di bait lain, waktu dia tetap tak mau pindah dari suara satu, saya menyisip-nyisipkan bait dengan suara yang lain. Begitu sampai selesai. Ari tidak bilang apa-apa. Saya juga. Teman-teman yang tadi memandangi langsung berisik, usul minta dinyanyikan lagu ini, itu, banyak. Beberapa sempat dipenuhi. Lagi-lagi dengan cara bagi suara yang sama. Terjadi begitu saja. Lalu nyanyi-nyanyi berhenti, karena saya ada kuliah.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />Sorenya, saya ketemu Pepeng, dia bilang, "Gue denger lu udah kompak sama Ari. Pertunjukkannya Kamis sore. Elu sampai sini habis maghrib deh !" Kamis, dua hari lagi. Saya pulang. Besoknya di kampus, saya lihat Ari ada lagi. Nyanyi-nyanyi dan main gitar lagi. Waktu saya lewat di depannya, kami cuma saling mengangguk. Lalu hari Kamis tiba. Sejak siang saya lihat Ari sudah di atas panggung kecil bikinan teman-teman Antrop. Mengatur sound. Saya merasa perlu mampir, untuk memastikan, apa betul kami akan menyanyi nanti. Dia bilang, "Ya, habis magrib. Kalau mau latihan lagi, datang jam 5. ". Saya putuskan datang jam 5.<br /><br />Sorenya, kami ketemu. Duduk di sofa reot itu lagi. Latihan lagu : </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Fly Away</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Kami musti nyanyi dua lagu. Tapi lagu keduanya, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >How Can I Leave You Again</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, Ari bilang biar saya nyanyikan sendiri. Saya panik. Tetapi Ari, ternyata memang suka begitu. Ngomong sekali, lalu Ari Cuma mau nyanyi sekali. Setelah itu dia menghilang. Saya baru melihatnya lagi sekitar lima menit sebelum kami naik panggung. Di panggung, kami menyanyi. Saya deg-degan bukan main. Belum pernah nyanyi seperti itu. Biasanya rombongan (paduan suara ). Kalau pun pernah, jaman TK dulu, di RRI Surabaya. Tapi kan nggak ada yang nonton! Cuma Bu Guru yang mencontohkan gaya. Ibu saya saja jarang ikut nongol di studio. Ini… LAIN! Kaki saya bergetar. Selesai dua lagu, kami turun. Saya pulang setelah acara selesai. Diantar Ari, Pepeng, Ace, Toha, Konar dan Jeffry (orang Hadralmaout yang masuk sastra Rusia dan sekarang sudah jadi dosen di FIB).<br /></span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Itu kali pertama bertemu Ari. Setelah itu, saya sering melihatnya bersama anak-anak Antrop. Saya pikir dia FISIP karena kalau Antrop, saya pasti tahu dia jauh hari sebelumnya. Setiap kali kami sempat ketemu, paling-paling kami cuma manggut-manggut. Paling banter, dia bilang, "Kuliah, Red ?" Saya mau bilang apa lagi kecuali, ya.<br /><br />Sebetulnya, terus-terang banget nih, saya sangat senang bisa menyanyi dengan Ari. Suaranya bagus. Lalu dia banyak mengajarkan pada saya lagu-lagu baru yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Bahkan beberapa lagu tidak pernah saya dengar aslinya sampai belasan tahun kemudian. Seperti </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Junk</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Luck of The Irish</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Sweet Baby James</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Streets of London</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Wind Flowers</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Funny Little Man</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >She’s Leaving Home</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > (yang ini memang kebangetan, kok bisa-bisanya saya nggak tahu lagu Beatles –kenyataannya memang begitu. Saya nggak paham lagu Beatles sama sekali!). Banyak lah.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />Ari suka jengkel dengan keterbatasan pengetahuan saya tentang lagu. Dia bilang, bisa nyanyi kok nggak tahu lagu. Lha, bagaimana: lagu yang saya tahu, dia tidak tahu (karena lagu yang saya tahu aliran tua banget! </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Ricky Nelson, Neil Sedaka, Pat Boone, Frank Sinatra, Matt Monroe... ELVIS</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >! Kenapa bisa begitu? Tanyakan pada Bapak dan Ibu saya). Di jaman awal pertemanan kami, Ari bisa hilang mood menyanyi dan latihan karena saya betul-betul buta lagu yang dia maksud. Tapi belakangan dia tahu, bahwa tiada guna memaksa saya tahu lagu yang dia mau. Kalau memang itu mau dinyanyikan, baiknya dia menyanyikannya saat kami latihan. Toh, meski saya tak tahu lagu aslinya, kami tetap bisa menyanyi duet. Malah orang bilang kami punya paduan suara yang ajaib (ya ajaib, karena si pengisi suara dua tidak tahu lagu aslinya! Ngawur nian lah!).<br /><br />Nyanyi kedua bersama Ari, di Pasar Seni Ancol. Pepeng membuat grup </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >GM SELO</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > (Gerak Musik Seloroh). Fotonya yang ada di kanan atas itu. Untuk acara ini Ari memilih lagu </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Simon & Garfunkel </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >(</span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Boxer</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >) juga </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Bee Gees </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >(</span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Give the best to your friends</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >). Kami latihan dua hari karena saya tidak tahu lagu yang dimaksud. Amalia Shadily, Konar dan Ace pemasok lirik lagu.<br /><br />Saya gemetaran lagi nyanyi di Pasar Seni. Untung semua berjalan lancar. Malah dilempari duit dan rokok segala. Senang juga. Malamnya saya pulang lewat jam 23.00. Gerbang rumah sudah digembok. Ari membantu saya melompati pagar.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />Ibu dan Bapak sebetulnya kurang suka saya nyanyi-nyanyi. Mana di Pasar Seni pula. Saya bilang ini pada Pepeng. Dan apa yang ia lakukan ? Pepeng main ke rumah, ngobrol dan bercanda dengan ibu saya. Ari diajak juga. Di situ Ari main gitar sampai sore. Hati ibu saya meleleh. Sejak hari itu, exit permit selalu diberikan, sepanjang saya menyanyi sama Ari. Tapi terus terang Bapak saya tetap kurang senang. Dia terpaksa setuju karena menganut satu paham untuk semua: kalau Ibu sudah putuskan, ia harus menurut. Demikian pula sebaliknya.<br /><br /><br /></span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Ari, siapa ?</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br />Ari ternyata bukan anak Antrop. Saya tahu ini setelah dua bulan kenalan. Ari anak Akademi Pimpinan (atau pemimpin) Perusahaan di Srengseng. Waktu kami kenalan, dia sedang menyusun skripsi (tapi baru kelar sekitar tiga tahun kemudian – kebanyakan nyanyi !). Ari indekost di Tebet. Saya baru tahu lokasi tempat ia tinggal setelah kami menyanyi sekitar empat tahunan. Yang lucu, setiap kali ada acara yang berhubungan dengan FSUI, tempat saya kuliah, status Ari selalu baru. Kadang-kadang kami bilang Ari anak Sastra Jepang (kalau yang mengundang Sastra Prancis). Kalau diundang sastra Inggris, kami bilang dia anak sastra Jawa! Tapi kalau</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > diundang FISIP, ah tenang! Mereka kenal dan cinta Ari mati-matian.<br /><br /><br /></span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Repertoar</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br />Sejak main di Pasar Seni, Pepeng rajin memberi job. Kami sering main di kampus-kampus. UI, sudah pasti. Kami langganan muncul di Student Nite-nya FISIP, hampir setiap tahun. Ketika kampus pindah ke Depok dan acara berpindah jadi Saturday Off, kami main juga di sana (terus main sampai saya hampir melahirkan anak pertama!). Juga di acara anak FSUI (sekarang FIB UI), Fpsikologi, FHUI. Lalu UKI, IKJ, Trisakti...<br /><br />Lagu yang kami bawakan adalah balada dan lagu-lagu protes </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Dylan, Simon & Garfunkel, Joan Baez, Joni Mitchell, James Taylor, John Lennon, Beatles, Bee Gees</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >... Dari semua itu, kami paling sering membawakan nomor </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Simon & Garfunkel</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Pertama, syairnya bagus. Kedua, paduan suaranya sangat indah. Kalau istilah Dharmawan, suara kawin tapi orang marahan (karena meski suara bersatu padu, tetapi penyanyinya tidak pernah saling menoleh/saling pandang).</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />Kami sempat jadi bintang tamu beberapa acara seru. Seperti </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Si On Chantait</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, festival lagu Prancis di CCF. Lalu ikutan menjadi pengisi acara peresmian kampus UI Depok. Menyanyi di </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Teater Dalam Gang</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, menyanyi untuk ulang tahun Pak Teguh Karya. Sejak ia masih sehat hingga ulang tahun terakhir, sebelum ia pergi… Yang masih berhubungan dengan Pak Teguh juga : pernah ia diminta membuat pertunjukan untuk TPI. Untuk acara nyanyi, dia minta Ari Reda muncul. Saya sedang hamil, masuk bulan ke delapan ! Saya bilang ke Pak Teguh : Nanti penonton TPI sesak napas lihat ibu-ibu hamil menyanyi begini. Bagaimana kalau diganti orang lain saja ? Eh, dia marah. Bersama Ari, dia ngotot saya harus menyanyi. Dan muncullah kami berdua. Dan seperti yang saya duga, penonton banyak yang bingung dan sesak napas : siapa perempuan hamil yang menyanyi, membuat layar televisi penuh dengan perutnya ?<br /><br /><br /></span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Langkah selanjutnya</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br />Dari tahun 1982 sampai 2004, sudah tak terhitung berapa ratus kali kami main. Ari bilang, kalau duet kami disamakan dengan perkawinan, pasti kami berdua punya anak yang besar-besar. Sudah kuliah, Ri !<br /><br />Pada satu ketika, tiba-tiba saya sempat merasa jenuh dengan duet kami. Mungkin karena kami terus menyanyikan lagu orang. Ari – tampaknya – juga demikian. Ia sempat bergabung dengan grup </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Pahama</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Saya nyaris tidak menyanyi selama setahun, sampai akhirnya diajak oleh AGS Arya Dipayana, membantunya dalam proyek </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Pekan Apresiasi Seni, 1987</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, yang diprakarsai oleh Fuad Hassan -- Menteri Pendidikan & Kebudayaan paling top (dari saat itu hingga sekarang, rasanya!) dan Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia.<br /><br />Di situ, saya diminta menyanyikan dua lagu yang digubah dari puisi-puisi karya penyair terkenal Indonesia: </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Toto Sudarto Bachtiar</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > (</span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Gadis Peminta-minta</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >) dan </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Gunawan Mohammad</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" > (</span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >). Ada lima puisi yang dilagukan. Konon kabarnya album mini itu kemudian disebarkan di sekolah-sekolah untuk apresiasi sastra. Konon lagi, disukai dan sukses. Maka tahun berikutnya, dibuat lagi hal yang sama. Tapi sekarang ganti nama: </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Bulan Apresiasi Sastra, 1988</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Saat itu, saya pikir Ari harus ikut. Dan ia setuju karena kebetulan Pahama sedang tak terlalu aktif.<br /><br />Proyek ini menghasilkan sekitar 25 lagu dengan memakai puisi dari lebih banyak penyair lagi. Saat itu yang paling banyak dibuat komposisinya adalah sajak-sajak </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Sapardi Djoko Damono</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Ari Reda kebagian menyanyikan </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Aku Ingin </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >dan </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Hujan Bulan Juni</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >.</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br />Aku Ingin, ya Aku Ingin yang muncul di </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Cinta Dalam Sepotong Roti</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >, dikerjakan oleh AGS Arya Dipayana. Pada saat harus rekaman, kami berdua tak tahu seperti apa lagu yang dibuat oleh AGS. Kami pasrah, berharap agar lagu tidak terlalu sulit untuk digarap malam itu juga (terlanjur ada jadwal rekaman).<br /><br />Begitu AGS datang, kami duduk di bawah pohon Mangga (satu-satunya pohon besar di halaman studio Harmoni, di Paseban). Mendengarkan lagu yang dimainkan AGS pakai gitar. Ari meminjam gitar dari AGS, mencoba memainkannya sambil bertanya-tanya. AGS lalu teringat ia membawa catatan chord lagunya. Muncullah sebuah kotak korek api cap duren. Dibuka, dan bagian dalamnya ada tulisan. Kode chord lagu. Syair tertulis di sebuah kertas kecil, robek dan kusut. Kami berdua menyanyikannya. Dan saat itu juga menemukan paduan suara yang seperti Anda kenal sekarang (kalau kata Pak Sapardi, yang pertama itu justru lebih ajaib lagi... semoga ajaib di sini berarti baik/bagus).</span><br /><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /></span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Hujan Bulan Juni </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >dibuat oleh Umar Muslim. Lagunya sangat melodius dengan chord yang sangat manis. Kalau kata pakar gitar: sangat teratur, rapih dan mulus.<br /><br />Album BAS yang disebar luaskan dan berakhir menjadi kaset wajib anak SMA yang ingin ikut lomba musikalisasi pada tahun itu, konon kabarnya sangat diminati. Sukses. Lagunya enak-enak. Dari sini, kemudian Sapardi Djoko Damono menawarkan membuat album yang memusikalisasi puisinya. Kami semua setuju. Album itu berjudul </span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Hujan Bulan Juni, 1989</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >. Ari Reda kembali ikut.<br /><br />Album sempat dicetak beberapa kali. Habis. Dan rupanya memang banyak yang suka. Sejak saat itu, kami mulai melepas lagu Simon & Garfunkel. Setiap kali main, kami jadi sering diminta membawakan lagu Aku Ingin, Hujan Bulan Juni…<br /><br />Tahun 1996, grup Hujan Bulan Juni ini manggung di TIM, Graha Bhakti Budaya. Ramai sekali. Dan bersaman dengan itu, satu lagi album musikalisasi puisi diluncurkan. Judulnya Hujan Dalam Komposisi. Kami menyanyi lagi. Di sini ada lagu kesukaan kami berdua, </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Pada Suatu Hari Nanti.</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Kami berdua terus menyanyi bersama. Rekaman sendiri, sampai sekarang tak kunjung muncul, meski sempat terpikirkan beberapa kali untuk membuat. Bahkan kami pernah punya demo tape berisi 5 lagu buatan sendiri (sekarang satu pun tak ada yang saya ingat lagunya!) dan pernah kami bawakan di program TVRI Chandra Kirana, atas dorongan Diah Iskandar.<br /><br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUOSgiw5hLNVNzhXI3-fiy0qZy10-jFbj2-5sFFPBwgePC_9w3LQC0PdeJKbAYc5A0st5S0c2RRJSlzbB_vAKkIaIWF2nCDeB-PaUjRyh9hTxlP_aydEo5m85oX0L9yWbx8ldSx56CZftS/s1600-h/ARI+REDA.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 136px; height: 171px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUOSgiw5hLNVNzhXI3-fiy0qZy10-jFbj2-5sFFPBwgePC_9w3LQC0PdeJKbAYc5A0st5S0c2RRJSlzbB_vAKkIaIWF2nCDeB-PaUjRyh9hTxlP_aydEo5m85oX0L9yWbx8ldSx56CZftS/s200/ARI+REDA.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5026770082926019730" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Hari ini</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br />Kami sempat tidak bertemu dan menyanyi selama hampir dua tahun. Ari sibuk dengan berbagai projek, sedangkan saya dan Nana membuat album </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Gadis Kecil </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >(Juni tahun 2005). Tak lama setelah Lebaran 2006, di acara Iwan Abdulrahman kemarin, kami baru kembali berkumpul. Lalu kami bertemu lagi, dilanjutkan dengan omong-omong, berandai-andai, bagaimana kalau menyanyi kembali. Setelah duduk-duduk, bicara-bicara plus rokok-merokok, minum jahe, teh poci, mengunyah kencur –didorong Eddie Jambul, AGS Arya Dipayana, Dharmawan Handonowarih, Ade Latief… kami memutuskan untuk buat rekaman.<br /><br />Dalam waktu 12 hari, rekaman selesai. Dan sekarang siap diluncurkan.<br /><br />Lalu harapan kami pun mengangkasa : </span><span style="font-style: italic;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Semoga segalanya berjalan baik untuk hari-hari mendatang..</span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" ><br /><br /></span><span style="font-weight: bold;font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Mohon doa restunya. </span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00674859834232915345noreply@blogger.com16