Wednesday, August 4, 2010

Bentara Budaya Bali: Puisi Tidak Lagi Jadi Beban


Putu Fajar Arcana

SETIDAKNYA sejak kemunculan duet Ari Malibu dan Reda Gaudiamo, pelisanan terhadap puisi tidak lagi menjadi beban. Puisi diperlakukan sebagai ”makhluk” sehari-hari yang hidup dan terus membuka dirinya terhadap tafsir baru.

Penyebaran cara menikmati puisi dengan menggubahnya ke dalam bentuk musik ini kemudian dilakukan lewat pita kaset. Ari dan Reda terlibat dalam album ”Hujan Bulan Juni” tahun 1989 yang digagas oleh penyair Sapardi Djoko Damono. Tonggak ini yang ingin dijadikan momentum oleh Bentara Budaya Bali (BBB) untuk membuka berbagai kemungkinan di dalam mengapresiasi puisi. Lembaga ini kemudian menggelar Pentas Puisi Bentara, 30-31 Juli 2010, dengan mengundang duet Ari dan Reda.

Diundang pula kelompok Jogja Hiphop Foundation serta Band Bali, yang memiliki kecenderungan serupa di dalam menafsir puisi. Mohammad Marjuki yang menjadi motor Jogja Hiphop Foundation melantunkan puisi-puisi berbahasa Jawa karya Sindunata dalam irama ”jalanan” bernama hip hop. Sementara Tan Lioe Ie bersama sekelompok pemusik yang tadinya beraliran rock menembangkan puisi dalam irama blues yang melodius. BBB juga memberi gambaran betapa sejak awal puisi sangat dekat gayutannya dengan kitab suci. Kelompok Sasi Wimba yang digerakkan oleh penyair Mas Ruscitadewi menafsir bait-bait dalam Weda dengan cara yang amat ”populer”, bahkan penuh canda. Ruscitadewi bersama penata musik Made Subandi mengolah puisi-puisi yang disucikan itu ke dalam irama musik yang terasa ”baru” meski menggunakan instrumen musik tradisi.

BBB juga tetap memberikan ruang kepada para penyair, seperti Oka Rusmini, Wayan Sunarta, dan Pranita Dewi, untuk membacakan puisi mereka dengan cara ”biasa”. Tampaknya cara ini dimanfaatkan untuk menunjukkan kilasan-kilasan berbagai perspektif di dalam menerjemahkan puisi. Kecenderungan itu makin tegas ketika tampil pula dramawan Putu Satria Kusuma bersama kelompok Kampung Seni Banyuning Singaraja. Putu mendramatisasi puisi ”Dewi Padi” karya Made Adnyana Ole dengan gerak ritmis seorang dewi di tengah pergolakan yang cenderung menyepelekan keberadaan petani dan sawah.

Rileks

Ari dan Reda sungguh-sungguh tidak menduga bahwa apa yang mereka lakukan pada tahun 1980 masih melekat pula pada generasi terkini. Ketika mereka melantunkan bait-bait puisi Sapardi, anak-anak sekolahan tak henti-hentinya ikut bernyanyi. ”Saya terkejut, kok mereka hafal lagu-lagu ini,” tutur Ari Malibu.

Seusai bernyanyi, keduanya bahkan dikerubuti pengunjung. Ada yang bahkan tak henti-hentinya mengajak Ari dan Reda berfoto. Kenyataan ini setidaknya memberikan gambaran bahwa tafsir puisi dengan musik atau lewat cara-cara populer lainnya membuat puisi bisa melampaui garis ”pemisah” yang selama ini mengungkungnya ke dalam wilayah yang amat eksklusif. Sebelumnya, puisi seolah hanya bisa dan mampu dinikmati oleh kalangan terbatas dan itu pun dengan dahi yang berkerut-kerut. Dahulu puisi selalu berada dalam situasi ambigu. Di satu sisi ia dianggap sulit karena berkulit, sisi lainnya muncul pula kata-kata seperti ”puitis” pada kelompok awam untuk menyatakan sebuah perasaan yang mendalam tentang sebuah ungkapan.

Meski sebelumnya WS Rendra dan Remy Sylado telah merekam suara mereka ketika membaca puisi, puisi tetap belum diberi tafsir dengan menonjolkan unsur-unsur musikalitas yang ada di dalamnya. Rendra memang harus diakui telah menjadi tonggak berkembangnya pelisanan puisi dengan apa yang kemudian dikenal sebagai deklamasi. Pembacaan puisi menjadi begitu heroik dan penuh protes. Protes-protes itu seolah mewakili ungkapan terpendam publik terhadap kediktatoran rezim. Dan ini berlanjut pada masa reformasi, di mana puisi diberi ”tugas” berat mewahanai unjuk rasa para peserta demonstrasi.

Ari dan Reda berbeda dengan apa yang dilakukan kelompok Bimbo bersama penyair Taufik Ismail. Mereka lebih rileks di dalam menafsir puisi. Puisi tidak lagi harus dijadikan media untuk melakukan pendalaman spiritual walau mungkin nanti akibatnya juga sama. Ini terdapat pula pada Marjuki, Tan Lioe Ie, dan Mas Ruscitadewi, yang mewakili generasi populer, lalu menafsir puisi ”tersuci” sekalipun dengan bahasa terkini yang mereka akrabi sehari-hari. Puisi tidak lagi harus dikait-kaitkan dengan persembahan, heroisme, dan aksi demonstrasi. Barangkali cara ini justru telah melepaskan puisi dari segala beban yang dilekatkan kepadanya sebagai sebuah karya sastra.

Dalam kata-kata kurator Pentas Puisi Bentara, Warih Wisatsana, ”Puisi hendaknya tidak diberi beban berlebih, tetapi biarkan ia terus tumbuh melampaui zamannya sehingga daripadanya kita bisa menghirup sari-sari yang alami....” Sebaliknya, bagi generasi terkini, puisi tidak lagi dianggap beban. Ia bahkan bisa saja ditafsir dengan cara populer yang bisa dinikmati bersama untuk merayakan sebuah kegembiraan….

Sumber: Kompas, Minggu, 1 Agustus 2010
foto: KOMPAS/BENNY DWI KOESTANTO

6 comments:

Anonymous said...

Halo, salam kenal..

Saya baru mendengar sepotong lagu "aku ingin" dari youtube, bagus sekali!.
Mau bertanya, dimana yah saya masih bisa menemukan dan membeli albumnya (dari yang paling lama samapai baru)?

Cheers!
Riannevo

Anonymous said...

Hello, i read your blog from time to time and i own a similar one and i was just curious if you
get a lot of spam responses? If so how do you stop it,
any plugin or anything you can advise? I get so much lately it's driving me crazy so any help is very much appreciated.

Here is my blog dumbbells adjustable

Anonymous said...

Howdy! I know this is kind of off topic but I was wondering which
blog platform are you using for this site? I'm getting fed up of Wordpress because I've had issues with hackers and I'm looking at alternatives for another platform. I would be great if you could point me in the direction of a good platform.

Review my website: hcg weight loss blogs

Anonymous said...

Thanks designed for sharing such a good opinion, piece of writing
is good, thats why i have read it fully

Feel free to visit my site; bodybuilding exercises

Anonymous said...

Hey there would you mind letting me know
which web host you're working with? I've loaded your
blog in 3 completely different web browsers and I must say this blog loads a lot faster then most.
Can you suggest a good internet hosting provider at a honest price?
Cheers, I appreciate it!

my web-site ... men's hair loss products

Anonymous said...

Hi everyone, it's my first pay a visit at this website, and piece of writing is in fact fruitful designed for me, keep up posting such articles or reviews.

Check out my website seo tools uk